
Newsletter
Tema Hari Ini: ECB, ECB, dan ECB
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 March 2019 05:47

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu performa Wall Street yang kurang ciamik hari ini. Dikhawatirkan mood investor di pasar keuangan Asia sudah terlanjur jelek sebelum beraktivitas karena melihat merahnya Wall Street.
Sentimen kedua adalah dampak hasil rapat ECB. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa datang tidak lama setelah China juga menurunkan target pertumbuhan 2019 menjadi 6-6,5% dari realisasi 6,6% pada 2018.
Apa yang terjadi di Eropa semakin memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi dunia bukan sekadar mitos. "Kita semua sedang memasuki masa-masa pelemahan dan ketidakpastian," tutur Draghi, mengutip Reuters.
Aura gloomy kembali berpotensi menyelimuti pasar keuangan Asia hari ini. Perlambatan ekonomi global yang kian nyata tentu membuat investor berpikir ribuan kali untuk berlaku agresif karena tingginya risiko di pasar.
Jika ini terjadi, maka aset-aset berisiko di negara berkembang akan kekurangan peminat. Tentu bukan kabar baik bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan pasar obligasi pemerintah Indonesia.
Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang masih menguat. Pada pukul 05:14 WIB, Dollar Index menguat 0,75%.
Sepertinya preferensi investor tetap condong ke dolar AS setelah pengumuman hasil rapat ECB. Dolar AS, lagi-lagi, tanpa lawan sepadan tahun ini karena euro tidak akan terbantu oleh kenaikan suku bunga acuan.
"ECB tidak punya pilihan. Banyak masalah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," ujar Joseph Trevisani, Analis Senior di FX Street yang basis di New York, dikutip dari Reuters.
Keperkasaan dolar AS kemungkinan akan terasa hingga ke Asia. Ini tentu menjadi beban bagi laju rupiah.
Sepertinya tema penggerak pasar hari ini adalah ECB. Namun sayang, kemungkinan gerak yang ditimbulkannya adalah ke arah selatan alias melemah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2019. BI mencatat IKK bulan lalu sebesar 125,1 atau turun 0,4 poin dari Januari.
Lesunya IKK mungkin akan membuat investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapat dari saham-saham barang konsumsi. Sepanjang tahun ini, indeks sektor barang konsumsi sudah melesat 3,77%. Tekanan di saham barang konsumsi bisa berdampak ke IHSG secara keseluruhan, dan kemudian menjalar ke nilai tukar rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah dampak hasil rapat ECB. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa datang tidak lama setelah China juga menurunkan target pertumbuhan 2019 menjadi 6-6,5% dari realisasi 6,6% pada 2018.
Apa yang terjadi di Eropa semakin memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi dunia bukan sekadar mitos. "Kita semua sedang memasuki masa-masa pelemahan dan ketidakpastian," tutur Draghi, mengutip Reuters.
Aura gloomy kembali berpotensi menyelimuti pasar keuangan Asia hari ini. Perlambatan ekonomi global yang kian nyata tentu membuat investor berpikir ribuan kali untuk berlaku agresif karena tingginya risiko di pasar.
Jika ini terjadi, maka aset-aset berisiko di negara berkembang akan kekurangan peminat. Tentu bukan kabar baik bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan pasar obligasi pemerintah Indonesia.
Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang masih menguat. Pada pukul 05:14 WIB, Dollar Index menguat 0,75%.
Sepertinya preferensi investor tetap condong ke dolar AS setelah pengumuman hasil rapat ECB. Dolar AS, lagi-lagi, tanpa lawan sepadan tahun ini karena euro tidak akan terbantu oleh kenaikan suku bunga acuan.
"ECB tidak punya pilihan. Banyak masalah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," ujar Joseph Trevisani, Analis Senior di FX Street yang basis di New York, dikutip dari Reuters.
Keperkasaan dolar AS kemungkinan akan terasa hingga ke Asia. Ini tentu menjadi beban bagi laju rupiah.
Sepertinya tema penggerak pasar hari ini adalah ECB. Namun sayang, kemungkinan gerak yang ditimbulkannya adalah ke arah selatan alias melemah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2019. BI mencatat IKK bulan lalu sebesar 125,1 atau turun 0,4 poin dari Januari.
Lesunya IKK mungkin akan membuat investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapat dari saham-saham barang konsumsi. Sepanjang tahun ini, indeks sektor barang konsumsi sudah melesat 3,77%. Tekanan di saham barang konsumsi bisa berdampak ke IHSG secara keseluruhan, dan kemudian menjalar ke nilai tukar rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular