
Polling CNBC Indonesia
Konsensus Pasar: BI Diramal Tahan Bunga Acuan Bulan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2019 06:49

Meski bulan ini BI kemungkinan masih menahan suku bunga acuan, tetapi bukan berarti siklus kenaikan sudah berhenti. Gubernur Perry beberapa waktu lalu pernah menyampaikan bahwa suku bunga acuan sudah mendekati titik puncaknya.
Kalimat ini bisa diartikan BI mungkin akan memperlambat kecepatan kenaikan suku bunga acuan, bukan sama sekali menghentikannya. Masih ada kemungkinan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate, meski mungkin tidak dalam waktu dekat.
Pasalnya, ada satu hal yang menjadi pertimbangan besar yaitu defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Bahkan saat ini bisa dibilang kebijakan moneter BI bukan lagi diarahkan untuk mengendalikan inflasi, tetapi meredam defisit transaksi berjalan. Current account driven monetary policy, bukan lagi inflationary driven monetary policy.
Indonesia masih mengidap 'penyakit' defisit transaksi berjalan karena impor selalu naik tatkala ekonomi tumbuh. Sebab, industri dalam negeri belum mampu memenuhi kenaikan permintaan baik itu bahan baku, barang modal, sampai barang konsumsi. Mau tidak mau, suka tidak suka, harus ada impor agar kebutuhan terpenuhi.
Kala impor naik, maka defisit transaksi berjalan bakal ikut membengkak. Padahal transaksi berjalan adalah fondasi utama nilai tukar, karena mencerminkan pasokan devisa yang berjangka panjang (sustainable) dibandingkan yang datang dari portofolio di pasar keuangan.
Nah, cara untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan adalah mengurangi impor. Untuk mengurangi impor, langkah yang paling bisa ditempuh saat ini (meski menyakitkan) adalah memperlambat permintaan. Investasi dan konsumsi harus direm, artinya pertumbuhan ekonomi agak diperlambat. Pahit bukan?
Bagaimana cara menekan pertumbuhan ekonomi? Ya menaikkan suku bunga. Seperti yang sudah disinggung, kenaikan suku bunga akan membuat dunia usaha dan konsumen mengerem ekspansi yang otomatis memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Jadi selama Indonesia masih dihantui oleh defisit transaksi berjalan yang membuat rupiah rentan 'digoyang', maka peluang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan selalu ada. Apalagi kalau BI masih memegang teguh prinsip current account driven monetary policy.
Waspadalah, waspadalah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Kalimat ini bisa diartikan BI mungkin akan memperlambat kecepatan kenaikan suku bunga acuan, bukan sama sekali menghentikannya. Masih ada kemungkinan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate, meski mungkin tidak dalam waktu dekat.
Pasalnya, ada satu hal yang menjadi pertimbangan besar yaitu defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Bahkan saat ini bisa dibilang kebijakan moneter BI bukan lagi diarahkan untuk mengendalikan inflasi, tetapi meredam defisit transaksi berjalan. Current account driven monetary policy, bukan lagi inflationary driven monetary policy.
Indonesia masih mengidap 'penyakit' defisit transaksi berjalan karena impor selalu naik tatkala ekonomi tumbuh. Sebab, industri dalam negeri belum mampu memenuhi kenaikan permintaan baik itu bahan baku, barang modal, sampai barang konsumsi. Mau tidak mau, suka tidak suka, harus ada impor agar kebutuhan terpenuhi.
Kala impor naik, maka defisit transaksi berjalan bakal ikut membengkak. Padahal transaksi berjalan adalah fondasi utama nilai tukar, karena mencerminkan pasokan devisa yang berjangka panjang (sustainable) dibandingkan yang datang dari portofolio di pasar keuangan.
Nah, cara untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan adalah mengurangi impor. Untuk mengurangi impor, langkah yang paling bisa ditempuh saat ini (meski menyakitkan) adalah memperlambat permintaan. Investasi dan konsumsi harus direm, artinya pertumbuhan ekonomi agak diperlambat. Pahit bukan?
Bagaimana cara menekan pertumbuhan ekonomi? Ya menaikkan suku bunga. Seperti yang sudah disinggung, kenaikan suku bunga akan membuat dunia usaha dan konsumen mengerem ekspansi yang otomatis memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Jadi selama Indonesia masih dihantui oleh defisit transaksi berjalan yang membuat rupiah rentan 'digoyang', maka peluang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan selalu ada. Apalagi kalau BI masih memegang teguh prinsip current account driven monetary policy.
Waspadalah, waspadalah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular