Gubernur BI: Bunga Acuan Sudah Hampir Mencapai Puncaknya

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
29 January 2019 10:07
Tahun lalu, BI memang cukup agresif melakukan kenaikan suku bunga acuan.
Foto: Konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) (CNBC Indonesia/ Yanurisa Ananta)
Jakarta, CNBC IndonesiaBank Indonesia (BI) mengatakan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate yang saat ini berada di level 6% sudah hampir mencapai puncaknya. Tahun lalu, BI memang cukup agresif melakukan kenaikan suku bunga acuan.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan kenaikan suku bunga acuan dilakukan Bi untuk mendorong penurunan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Lalu, kenaikan bunga acuan dilakukan untuk memastikan aset keuangan di Indonesia tetap memiliki imbal hasil yang menarik bagi investor secara global.

"Kami sudah sampaikan, dalam menentukan suku bunga acuan, kita selalu melakukan forward looking. Kenaikan (bunga acuan) terakhir di November itu sudah memperhitungan kenaikan bunga The Fed di Desember maupun di Maret. Pada waktu itu kita perkirakan The Fed akan menaikkan bunga acuan tiga kali di 2019," ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Hadir juga dalam acara ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, selaku Ketua KSSK; Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso; dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah.

Perry menambahkan, saat ini BI memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan bunga acuan sebanyak dua kali saja, dari perkiraan semula sebanyak tiga kali.

"Dengan kebijakan yang per emptive itu maka sudah kami sampaikan, suku bunga acuan sudah hampir mencapai puncaknya, dan itu akan kita review dalam RDG (Rapat Dewan Gubernur) bulanan," jelas Perry.

Untuk menjaga likuiditas sehingga tidak memicu kenaikan bunga simpanan dan ujungnya kenaikan bunga kredit, Perry mengatakan, BI sudah melakukan relaksasi kebijakan giro wajib minimum (GWM) rerata dari 2% menjadi 3%. Kemudian ada juga relaksasi ketentuan seconday reserve .

Tahun ini, BI akan memperbanyak operasi moneternya dengan melakukan injeksi likuiditas, baik melalui swap atau term repo. Tujuannya untuk menahan kenaikan suku bunga kredit, sehingga pertumbuhan kredit perbankan masih tetap terjaga.
(wed/hps) Next Article Alasan BI Turunkan Bunga Acuan 4 Bulan Berturut-turut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular