Bunga Acuan Terendah dalam Sejarah, BI Minta Bunga Bank Turun

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 April 2021 17:25
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu 26/2/2020. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu 26/2/2020. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) terus mendorong agar industri perbankan segera melakukan transmisi suku bunga kredit. Hal tersebut untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional pada tahun ini.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menjelaskan, sejak tahun 2020, bank sentral telah menurunkan sebanyak 6 kali BI 7 Day Reverse Repo Rate hingga 150 basis poin dan saat ini berada di kisaran 3,5%.

"Ini tentu memberikan ruang bagi bank melakukan adjustment di suku bunga kredit. Ini terendah sepanjang sejarah," kata Destry, di acara Temu Stakeholders Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang disiarkan secara virtual, Kamis (1/4/2021).

Destry melanjutkan, pemulihan ekonomi saat ini akan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya, faktor global, distribusi vaksin dan stimulus terutama untuk menggerakkan sektor riil.

Untuk mendorong hal tersebut, BI telah mengeluarkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif, seperti uang muka 0% bagi kendaraan, loan to value (LTV) di sektor properti 100%.

Namun, kata Destry, yang menjadi masalah utama sekarang adalah kelas menengah atas yang masih cenderung menahan diri untuk konsumsi. Imbasnya, sektor korporasi juga cenderung menahan diri untuk melakukan investasi yang berefek langsung terhadap lapangan kerja menjadi stagnan.

Anggota ex officio Bank Indonesia di Dewan Komisioner LPS ini menyebut, kondisi tersebut menyebabkan lingkaran setan (vicious cycle) yang tidak berujung.

"Ini menyebabkan adanya lingkaran setan yang tidak berhenti. Rumah tangga tidak mau spending, korporasi nggak mau investasi. Sementara jika korporasi tidak mau investasi maka lapangan kerja terbatas dan juga mengganggu konsumsi rumah tangga," bebernya.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka, kata Destry, perlu adanya bauran kebijakan yang saling sinergi antara anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan, yakni Kementerian Keuangan, BI, OJK, dan LPS.

"Yang menjadi concern, transmisi suku bunga, ini yang harus dilakukan breakthrough, paket kebijakan KSSK yang akan kita terapkan ke depan," tandasnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Sederet Alasan BI Tetap Tahan Bunga Acuan BI 7-Day RR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular