
Newsletter
Semua Mata Memandang China
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 05:56

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya dari Wall Street yang tersangkut di jalur merah. Dikhawatirkan perkembangan di New York bisa membuat pasar keuangan Asia cemas dan kembali mengalami tekanan seperti kemarin.
Sentimen kedua, investor perlu memasang mata dan telinga untuk memperoleh informasi soal perkembangan di Washington. Kabar seputar rencana dialog dagang AS-China akan menjadi sentimen yang sangat menggerakkan pasar.
"Kami ingin memastikan bahwa jika nantinya tercapai kesepakatan, maka kesepakatan itu harus bisa diimplementasikan. Perlindungan atas hak kekayaan intelektual, tidak ada lagi pemaksaan dalam kerja sama investasi, dan penegakan hukum adalah tiga hal utama yang menjadi agenda kami," kata Mnuchin, mengutip Reuters.
Mnuchin menambahkan, ada perkembangan yang signifikan dalam perundingan dengan China. Masih ada waktu sekitar 30 hari untuk menyelesaikan semuanya, sebelum tenggat 'gencatan senjata' selama 90 hari habis pada 2 Maret.
Hubungan AS-China yang semakin membaik diharapkan mampu melahirkan damai dagang. Ini menjadi sebuah sentimen besar, karena bisa mempengaruhi nasib perekonomian dunia. Kala dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka perekonomian global akan kembali semarak.
Sentimen ketiga adalah investor juga perlu mencermati pergerakan nilai tukar dolar AS. Hingga pukul 04:50 WIB, dolar AS masih melemah yang ditunjukkan dari koreksi Dollar Index sebesar 0,05%.
Terbalik dengan tahun lalu, sekarang dolar AS justru mendem jelang rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Tahun lalu, rapat FOMC hampir selalu membuat greenback melambung karena hasilnya tidak jarang berupa kenaikan suku bunga acuan atau minimal pernyataan bernada hawkish.
Namun dalam rapat 29-30 Januari, kemungkinan besar Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan mempertahankan Federal Funds Rate di 2,25-2,5%. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 100%!
Belum lagi ada perkiraan bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan berirama kalem alias dovish. Beberapa pejabat The Fed seperti Powell atau Wakil Gubenur Richard Clarida pernah menyatakan bahwa bank sentral bisa lebih bersabar pada 2019. Ini bisa diartikan bahwa agresivitas The Fed menurun, tidak lagi segarang tahun lalu yang menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Tanpa ada harapan kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Tekanan jual kemungkinan masih terjadi dan greenback tetap dalam posisi defensif. Situasi ini bisa dimanfaatkan rupiah cs di Asia untuk kembali mencatatkan apresiasi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor perlu memasang mata dan telinga untuk memperoleh informasi soal perkembangan di Washington. Kabar seputar rencana dialog dagang AS-China akan menjadi sentimen yang sangat menggerakkan pasar.
"Kami ingin memastikan bahwa jika nantinya tercapai kesepakatan, maka kesepakatan itu harus bisa diimplementasikan. Perlindungan atas hak kekayaan intelektual, tidak ada lagi pemaksaan dalam kerja sama investasi, dan penegakan hukum adalah tiga hal utama yang menjadi agenda kami," kata Mnuchin, mengutip Reuters.
Mnuchin menambahkan, ada perkembangan yang signifikan dalam perundingan dengan China. Masih ada waktu sekitar 30 hari untuk menyelesaikan semuanya, sebelum tenggat 'gencatan senjata' selama 90 hari habis pada 2 Maret.
Hubungan AS-China yang semakin membaik diharapkan mampu melahirkan damai dagang. Ini menjadi sebuah sentimen besar, karena bisa mempengaruhi nasib perekonomian dunia. Kala dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka perekonomian global akan kembali semarak.
Sentimen ketiga adalah investor juga perlu mencermati pergerakan nilai tukar dolar AS. Hingga pukul 04:50 WIB, dolar AS masih melemah yang ditunjukkan dari koreksi Dollar Index sebesar 0,05%.
Terbalik dengan tahun lalu, sekarang dolar AS justru mendem jelang rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Tahun lalu, rapat FOMC hampir selalu membuat greenback melambung karena hasilnya tidak jarang berupa kenaikan suku bunga acuan atau minimal pernyataan bernada hawkish.
Namun dalam rapat 29-30 Januari, kemungkinan besar Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan mempertahankan Federal Funds Rate di 2,25-2,5%. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 100%!
Belum lagi ada perkiraan bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan berirama kalem alias dovish. Beberapa pejabat The Fed seperti Powell atau Wakil Gubenur Richard Clarida pernah menyatakan bahwa bank sentral bisa lebih bersabar pada 2019. Ini bisa diartikan bahwa agresivitas The Fed menurun, tidak lagi segarang tahun lalu yang menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Tanpa ada harapan kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Tekanan jual kemungkinan masih terjadi dan greenback tetap dalam posisi defensif. Situasi ini bisa dimanfaatkan rupiah cs di Asia untuk kembali mencatatkan apresiasi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular