
Newsletter
Semua Mata Memandang China
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 05:56

Sementara Wall Street mengawali pekan dengan muram karena tiga indeks utama terkoreksi lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,84%, S&P 500 turun 0,78%, sementara Nasdaq Composite ambrol 1,11%.
Laporan keuangan emiten yang memble membuat bursa saham New York terperosok ke zona merah. Misalnya Caterpillar, perusahaan produsen alat berat, yang melaporkan laba per saham (Earnings per Share/EPS) US$ 2,55 pada kuartal IV-2018. Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 2,99. Hasilnya, saham Caterpillar ambrol 9,1%.
Kemudian Nvidia, perusahaan produsen perangkat keras komputer, memperkirakan pendapatan pada kuartal yang berakhir pada 27 Januari adalah US$ 2,2 miliar. Angka ini turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan di bawah konsensus pasar yang memperkirakan US$ 2,7 miliar. Gara-gara proyeksi ini, harga saham Nvidia nyungsep 13,82%.
China menjadi biang keladi kemerosotan kinerja dua perusahaan ini. Negeri Tirai Bambu adalah pangsa pasar ekspor terbesar bagi mereka, dan apesnya si pasar itu sedang kurang bergairah.
Tahun lalu, China membukukan pertumbuhan ekonomi 6,6% yang merupakan laju paling lemah sejak 1990. Artinya, permintaan dari Negeri Panda pun berkurang sehingga mempengaruhi kinerja Caterpillar dan Nvidia.
Kini investor sangat dibuat cemas menanti laporan keuangan Apple yang akan dirilis Selasa waktu setempat. Apalagi Apple sempat menunjukkan gejala serupa, yaitu penurunan penjualan di China. Oleh karena itu, sepertinya Apple akan keluar dari ruangan dengan laporan keuangan yang mengecewakan.
Masalahnya, Apple adalah Apple. Sebuah perusahaan yang bisa dibilang berdampak sistemik. Model bisnis Apple melibatkan rantai pasok yang kompleks, tidak hanya di AS tetapi juga Taiwan, China, Jepang, dan berbagai negara lain.
Ketika Apple bermasalah, maka berbagai perusahaan lain di banyak negara akan ikut berduka. Tiji tibeh, mati siji mati kabeh.
"Angka-angka di laporan keuangan Apple akan berpengaruh besar. Tidak hanya terhadap saham sektor teknologi, tetapi keseluruhan pasar," kata Tony Roth, Chief Investment Officer di Wilmington Trust, mengutip Reuters.
"Dengan ekonomi China yang sedang susah-payah, perusahaan di AS akan merasakan dampaknya. Ini hanya soal kapan waktunya," ujar Ryan Nauman, Market Strategist di Informa Financial Intelligence yang berbasis di Nevada, mengutip Reuters.
Sepertinya semua mata sedang mengarah ke China, dan perilaku ini bisa menular ke pasar keuangan Asia...
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Laporan keuangan emiten yang memble membuat bursa saham New York terperosok ke zona merah. Misalnya Caterpillar, perusahaan produsen alat berat, yang melaporkan laba per saham (Earnings per Share/EPS) US$ 2,55 pada kuartal IV-2018. Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 2,99. Hasilnya, saham Caterpillar ambrol 9,1%.
Kemudian Nvidia, perusahaan produsen perangkat keras komputer, memperkirakan pendapatan pada kuartal yang berakhir pada 27 Januari adalah US$ 2,2 miliar. Angka ini turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan di bawah konsensus pasar yang memperkirakan US$ 2,7 miliar. Gara-gara proyeksi ini, harga saham Nvidia nyungsep 13,82%.
China menjadi biang keladi kemerosotan kinerja dua perusahaan ini. Negeri Tirai Bambu adalah pangsa pasar ekspor terbesar bagi mereka, dan apesnya si pasar itu sedang kurang bergairah.
Tahun lalu, China membukukan pertumbuhan ekonomi 6,6% yang merupakan laju paling lemah sejak 1990. Artinya, permintaan dari Negeri Panda pun berkurang sehingga mempengaruhi kinerja Caterpillar dan Nvidia.
Kini investor sangat dibuat cemas menanti laporan keuangan Apple yang akan dirilis Selasa waktu setempat. Apalagi Apple sempat menunjukkan gejala serupa, yaitu penurunan penjualan di China. Oleh karena itu, sepertinya Apple akan keluar dari ruangan dengan laporan keuangan yang mengecewakan.
Masalahnya, Apple adalah Apple. Sebuah perusahaan yang bisa dibilang berdampak sistemik. Model bisnis Apple melibatkan rantai pasok yang kompleks, tidak hanya di AS tetapi juga Taiwan, China, Jepang, dan berbagai negara lain.
Ketika Apple bermasalah, maka berbagai perusahaan lain di banyak negara akan ikut berduka. Tiji tibeh, mati siji mati kabeh.
"Angka-angka di laporan keuangan Apple akan berpengaruh besar. Tidak hanya terhadap saham sektor teknologi, tetapi keseluruhan pasar," kata Tony Roth, Chief Investment Officer di Wilmington Trust, mengutip Reuters.
"Dengan ekonomi China yang sedang susah-payah, perusahaan di AS akan merasakan dampaknya. Ini hanya soal kapan waktunya," ujar Ryan Nauman, Market Strategist di Informa Financial Intelligence yang berbasis di Nevada, mengutip Reuters.
Sepertinya semua mata sedang mengarah ke China, dan perilaku ini bisa menular ke pasar keuangan Asia...
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular