
Newsletter
Damai Dagang Masih Jauh, Eropa Muram, Venezuela Panas
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 January 2019 06:03

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu yang sangat mempengaruhi Wall Street yaitu suramnya mood jelang dialog dagang As-China di Washington pada 30-31 Januari mendatang.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mencoba menenangkan pasar dengan menyatakan pembicaraan dengan Liu akan membawa hasil positif. "Saya rasa dialog dengan Liu He akan masuk ke hal-hal yang menentukan," ujarnya dalam wawancara dengan Fox News, dikutip dari Reuters.
Semoga komentar Kudlow yang menjadi acuan pelaku pasar di Asia. Sebab jika merujuk kepada Ross, maka bisa jadi pasar keuangan Asia akan senasib dengan Wall Street. ada keraguan, ada kegalauan.
Sentimen kedua datang dari hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Seperti perkiraan, Mario Draghi dan kolega mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate di angka 0% dan deposit rate di -0,4%. Namun ada hawa negatif dari hasil rapat ini.
"Risiko yang membayangi Eropa membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi bergerak turun. Sepertinya momentum pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Kami akan berdiskusi lagi dan akan mengumumkan proyeksi (pertumbuhan ekonomi) baru pada rapat Maret," kata Draghi dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Soal kebijakan suku bunga, Draghi masih berpegang pada proyeksi awal yaitu dipertahankan sampai setidaknya musim panas (tengah tahun) ini. Namun dengan risiko yang menghantui perekonomian Benua Biru, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga baru akan dieksekusi paling cepat awal tahun depan.
"Saat pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga terjadi pada 2020, mereka menggunakan skenario cadangan dari arah kebijakan kami. Itu menunjukkan pelaku pasar memiliki pemahaman bagaimana fungsi bank sentral," tambah Draghi.
Aura negatif dari Eropa bisa membawa pelaku pasar ke arah bermain aman. Pasalnya, perlambatan ekonomi global menjadi risiko yang semakin nyata. Ditambah risiko masih jauhnya damai dagang AS-China, investor bisa semakin ragu-ragu dan enggan bermain dengan aset di negara berkembang Asia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mencoba menenangkan pasar dengan menyatakan pembicaraan dengan Liu akan membawa hasil positif. "Saya rasa dialog dengan Liu He akan masuk ke hal-hal yang menentukan," ujarnya dalam wawancara dengan Fox News, dikutip dari Reuters.
Semoga komentar Kudlow yang menjadi acuan pelaku pasar di Asia. Sebab jika merujuk kepada Ross, maka bisa jadi pasar keuangan Asia akan senasib dengan Wall Street. ada keraguan, ada kegalauan.
Sentimen kedua datang dari hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Seperti perkiraan, Mario Draghi dan kolega mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate di angka 0% dan deposit rate di -0,4%. Namun ada hawa negatif dari hasil rapat ini.
"Risiko yang membayangi Eropa membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi bergerak turun. Sepertinya momentum pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Kami akan berdiskusi lagi dan akan mengumumkan proyeksi (pertumbuhan ekonomi) baru pada rapat Maret," kata Draghi dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Soal kebijakan suku bunga, Draghi masih berpegang pada proyeksi awal yaitu dipertahankan sampai setidaknya musim panas (tengah tahun) ini. Namun dengan risiko yang menghantui perekonomian Benua Biru, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga baru akan dieksekusi paling cepat awal tahun depan.
"Saat pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga terjadi pada 2020, mereka menggunakan skenario cadangan dari arah kebijakan kami. Itu menunjukkan pelaku pasar memiliki pemahaman bagaimana fungsi bank sentral," tambah Draghi.
Aura negatif dari Eropa bisa membawa pelaku pasar ke arah bermain aman. Pasalnya, perlambatan ekonomi global menjadi risiko yang semakin nyata. Ditambah risiko masih jauhnya damai dagang AS-China, investor bisa semakin ragu-ragu dan enggan bermain dengan aset di negara berkembang Asia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular