
Newsletter
The Fed Hati-hati, Trump Ngambek Lagi
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 January 2019 05:53

Sentimen keempat, yang juga akan membawa risiko bagi pasar keuangan, adalah shutdown pemerintahan AS yang tidak kunjung selesai. Usai pertemuan dengan Pelosi dan Schumer, Trump kembali menumpahkan amarahnya melalui cuitan di Twitter.
"Baru saja meninggalkan rapat dengan Chuck dan Nancy, benar-benar membuang waktu. Saya bertanya apa yang akan terjadi dalam 30 hari ke depan jika saya membuka (pemerintahan), apakah Anda akan menyetujui anggaran pengamanan perbatasan yang termasuk pembangunan tembok? Nancy bilang TIDAK, dan saya bilang bye-bye. Tidak berhasil!" cuit Trump.
Perkembangan ini bisa membuat pelaku pasar cemas, sebab berhentinya pemerintahan AS tentu akan mempengaruhi aktivitas ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Berbagai layanan publik yang tidak berfungsi berpotensi menghambat aktivitas ekonomi sehingga perlambatan di AS akan semakin nyata.
Jika ekonomi AS terus melambat, maka investor akan dipaksa untuk bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang tidak akan menjadi pilihan pelaku pasar. Ini tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, bisa menjadi harapan untuk memperkuat pasar keuangan Indonesia. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan ritel yang hasilnya memuaskan.
Pada November 2018, Indeks Penjualan Riil (IPR) naik 3,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke 213,7. Kenaikan tersebut lebih tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,88% YoY. Bahkan BI memperkirakan IPR akan naik lebih tajam pada Desember, yaitu mencapai 7,7% YoY.
Data ini menunjukkan konsumsi masyarakat masih kuat, sehingga ada harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2018 tetap terjaga. Ini akan menjadi sentimen positif yang bisa memperkuat IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
"Baru saja meninggalkan rapat dengan Chuck dan Nancy, benar-benar membuang waktu. Saya bertanya apa yang akan terjadi dalam 30 hari ke depan jika saya membuka (pemerintahan), apakah Anda akan menyetujui anggaran pengamanan perbatasan yang termasuk pembangunan tembok? Nancy bilang TIDAK, dan saya bilang bye-bye. Tidak berhasil!" cuit Trump.
Perkembangan ini bisa membuat pelaku pasar cemas, sebab berhentinya pemerintahan AS tentu akan mempengaruhi aktivitas ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Berbagai layanan publik yang tidak berfungsi berpotensi menghambat aktivitas ekonomi sehingga perlambatan di AS akan semakin nyata.
Jika ekonomi AS terus melambat, maka investor akan dipaksa untuk bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang tidak akan menjadi pilihan pelaku pasar. Ini tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, bisa menjadi harapan untuk memperkuat pasar keuangan Indonesia. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan ritel yang hasilnya memuaskan.
Pada November 2018, Indeks Penjualan Riil (IPR) naik 3,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke 213,7. Kenaikan tersebut lebih tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,88% YoY. Bahkan BI memperkirakan IPR akan naik lebih tajam pada Desember, yaitu mencapai 7,7% YoY.
Data ini menunjukkan konsumsi masyarakat masih kuat, sehingga ada harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2018 tetap terjaga. Ini akan menjadi sentimen positif yang bisa memperkuat IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular