
Newsletter
Perlambatan Ekonomi Global Bukan Sekadar Mitos
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 January 2019 05:33

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mewaspadai sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu kabar buruk dari Wall Street. Kejatuhan Wall Street tentu akan menjadi pemberat bagi langkah bursa saham Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang kemungkinan masih melemah. Pada pukul 04:55 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,59%.
Namun yang patut diwaspadai adalah meski dolar AS melemah, tetapi bukan berarti arus modal akan berpihak ke rupiah. Dalam situasi yang penuh risiko dan ketidakpastian seperti sekarang, banyak investor yang lebih memilih bermain aman. Mereka akan masuk ke safe haven assets, dan favorit untuk saat ini adalah yen.
Oleh karena itu, sepertinya yen akan kembali perkasa hari ini. Sementara nasib rupiah masih belum pasti.
Sentimen ketiga adalah harga minyak dunia yang masih fluktuatif. Pada pukul 04:59 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,24% sementara light sweet naik 0,64%.
Penyebabnya adalah pasokan minyak dari Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang menurun. Survei Reuters menunjukkan, 15 negara anggota OPEC memproduksi minyak sebanyak 32,68 juta barel/hari. Turun 460.000 barel/hari dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Januari 2017.
Apabila kenaikan harga minyak berlanjut, maka bisa menjadi sentimen negatif buat rupiah. Kenaikan harga si emas hitam akan membebani transaksi berjalan, dan melemahkan fundamental penyokong rupiah.
Sentimen keempat adalah perkembangan penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan AS. Partai Demokrat yang sudah resmi mengambil alih suara mayoritas di House of Representatives akan mengajukan rencana anggaran 2019, yang mampu membiayai jalannya pemerintahan sampai September. Plus tenggat waktu sebulan untuk bernegosiasi mengenai pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Ya, masalah tembok ini memang menjadi isu utama alotnya pembahasan fiskal AS. Presiden Donald Trump keukeuh ingin menggolkan rencana anggaran sebesar US$ 5 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok. Namun rencana ini ditentang oleh Partai Demokrat, dan hasilnya fiskal AS belum juga disepakati.
Rencananya pimpinan Senat dan House akan bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Jumat Waktu setempat. Oleh karena itu, sepertinya pemerintahan AS masih akan tutup sepanjang akhir pekan ini dan paling cepat dibuka kembali pekan depan, itu pun kalau ada kesepakatan.
Kisruh politik anggaran di Washington ini menambah ketidakpastian di pasar, yang sudah terlebih dulu dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi global. Ini akan semakin membuat investor memilih bermain aman dan meninggalkan aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang kemungkinan masih melemah. Pada pukul 04:55 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,59%.
Namun yang patut diwaspadai adalah meski dolar AS melemah, tetapi bukan berarti arus modal akan berpihak ke rupiah. Dalam situasi yang penuh risiko dan ketidakpastian seperti sekarang, banyak investor yang lebih memilih bermain aman. Mereka akan masuk ke safe haven assets, dan favorit untuk saat ini adalah yen.
Oleh karena itu, sepertinya yen akan kembali perkasa hari ini. Sementara nasib rupiah masih belum pasti.
Sentimen ketiga adalah harga minyak dunia yang masih fluktuatif. Pada pukul 04:59 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,24% sementara light sweet naik 0,64%.
Penyebabnya adalah pasokan minyak dari Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang menurun. Survei Reuters menunjukkan, 15 negara anggota OPEC memproduksi minyak sebanyak 32,68 juta barel/hari. Turun 460.000 barel/hari dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Januari 2017.
Apabila kenaikan harga minyak berlanjut, maka bisa menjadi sentimen negatif buat rupiah. Kenaikan harga si emas hitam akan membebani transaksi berjalan, dan melemahkan fundamental penyokong rupiah.
Sentimen keempat adalah perkembangan penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan AS. Partai Demokrat yang sudah resmi mengambil alih suara mayoritas di House of Representatives akan mengajukan rencana anggaran 2019, yang mampu membiayai jalannya pemerintahan sampai September. Plus tenggat waktu sebulan untuk bernegosiasi mengenai pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Ya, masalah tembok ini memang menjadi isu utama alotnya pembahasan fiskal AS. Presiden Donald Trump keukeuh ingin menggolkan rencana anggaran sebesar US$ 5 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok. Namun rencana ini ditentang oleh Partai Demokrat, dan hasilnya fiskal AS belum juga disepakati.
Rencananya pimpinan Senat dan House akan bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Jumat Waktu setempat. Oleh karena itu, sepertinya pemerintahan AS masih akan tutup sepanjang akhir pekan ini dan paling cepat dibuka kembali pekan depan, itu pun kalau ada kesepakatan.
Kisruh politik anggaran di Washington ini menambah ketidakpastian di pasar, yang sudah terlebih dulu dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi global. Ini akan semakin membuat investor memilih bermain aman dan meninggalkan aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular