
Newsletter
2019 Memang Menantang, Tapi Bukan Berarti Sonder Harapan
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 January 2019 05:26

Dari Wall Street, tiga indeks utama mengawali perdagangan 2018 dengan cukup baik. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,08%, S&P 500 menguat 0,13%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,46%.
Penguatan terbatas di bursa saham Wall Street terjadi karena investor masih mencari posisi pada awal perdagangan 2019. Pelaku pasar ingin mencari kejelasan soal arah perekonomian tahun ini, yang sepertinya masih lumayan menantang.
Tantangan pertama adalah pemerintahan AS yang masih tutup sebagian (partial shutdown). Presiden Donald Trump dan legislatif belum menemui kata sepakat soal anggaran 2019.
Trump menginginkan anggaran US$ 5 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko (The Wall). Namun kubu oposisi Partai Demokrat yang kini menguasai mayoritas kursi di House of Representatives tidak setuju dengan program tersebut. Keduanya masih sama-sama ngotot, sehingga pemerintahan AS tidak punya anggaran kecuali di fungsi-fungsi vital.
Sambil menunggu perkembangan dari Washington, investor tentu harap-harap cemas. Akibatnya, investor memilih bermain akan dan aliran modal belum masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia sehingga mata uang Benua Kuning cenderung melemah.
Tantangan kedua adalah prospek perekonomian global yang suram pada 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% menjadi 3,7% untuk tahun ini. Bank Dunia bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya 3%, melambat dari 2018 yang diperkirakan 3,1%.
Apalagi sebelumnya rilis data ekonomi yang mengecewakan bertebaran di Asia. Risiko perlambatan ekonomi dunia menjadi semakin tampak nyata.
Data ekonomi teranyar di AS juga kurang ciamik. PMI versi IHS Markit periode Desember 2018 tercatat di 53,8, terendah sejak September 2017.
"Dunia usaha melaporkan ada perlambatan ekspansi pada akhir 2018 dan penurunan optimisme pada 2019. Produksi dan pemesanan tumbuh ke titik paling lambat dalam lebih dari setahun terakhir. Ini terjadi karena ada beberapa hambatan, misalnya dunia usaha kesulitan untuk mencari sumber daya manusia dan bahan baku," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit dalam keterangan tertulis.
Investor kemudian mencari petunjuk berikutnya, karena 2019 memang baru berumur 2 hari. Sambil mencari ke mana arah mata angin, lagi-lagi investor memilih untuk tidak terlalu agresif.
"Kalau melihat naras-narasi pada 2019, maka sepertinya memang akan cukup banyak tantangan. Banyak nada-nada bearish saat ini," ujar Co-Founder DataTrek Nicholas Colas, dikutip dari Reuters.
Namun dengan terciptanya penguatan, bisa jadi investor melihat bahwa masih ada harapan pada 2019. Tantangan memang ada, tetapi bukan berarti sonder peluang.
Menurut Colas, berita baik yang bisa dominan pada 2019 adalah damai dagang AS-China. Kemudian ekonomi AS diperkirakan masih bisa tumbuh ke titik optimalnya.
"Saat melihat angka-angka, ada kemungkinan situasi akan baik-baik saja. Sepertinya 2019 masih menjanjikan keuntungan yang lumayan," kata Colas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Penguatan terbatas di bursa saham Wall Street terjadi karena investor masih mencari posisi pada awal perdagangan 2019. Pelaku pasar ingin mencari kejelasan soal arah perekonomian tahun ini, yang sepertinya masih lumayan menantang.
Tantangan pertama adalah pemerintahan AS yang masih tutup sebagian (partial shutdown). Presiden Donald Trump dan legislatif belum menemui kata sepakat soal anggaran 2019.
Trump menginginkan anggaran US$ 5 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko (The Wall). Namun kubu oposisi Partai Demokrat yang kini menguasai mayoritas kursi di House of Representatives tidak setuju dengan program tersebut. Keduanya masih sama-sama ngotot, sehingga pemerintahan AS tidak punya anggaran kecuali di fungsi-fungsi vital.
Sambil menunggu perkembangan dari Washington, investor tentu harap-harap cemas. Akibatnya, investor memilih bermain akan dan aliran modal belum masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia sehingga mata uang Benua Kuning cenderung melemah.
Tantangan kedua adalah prospek perekonomian global yang suram pada 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% menjadi 3,7% untuk tahun ini. Bank Dunia bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya 3%, melambat dari 2018 yang diperkirakan 3,1%.
Apalagi sebelumnya rilis data ekonomi yang mengecewakan bertebaran di Asia. Risiko perlambatan ekonomi dunia menjadi semakin tampak nyata.
Data ekonomi teranyar di AS juga kurang ciamik. PMI versi IHS Markit periode Desember 2018 tercatat di 53,8, terendah sejak September 2017.
"Dunia usaha melaporkan ada perlambatan ekspansi pada akhir 2018 dan penurunan optimisme pada 2019. Produksi dan pemesanan tumbuh ke titik paling lambat dalam lebih dari setahun terakhir. Ini terjadi karena ada beberapa hambatan, misalnya dunia usaha kesulitan untuk mencari sumber daya manusia dan bahan baku," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit dalam keterangan tertulis.
Investor kemudian mencari petunjuk berikutnya, karena 2019 memang baru berumur 2 hari. Sambil mencari ke mana arah mata angin, lagi-lagi investor memilih untuk tidak terlalu agresif.
"Kalau melihat naras-narasi pada 2019, maka sepertinya memang akan cukup banyak tantangan. Banyak nada-nada bearish saat ini," ujar Co-Founder DataTrek Nicholas Colas, dikutip dari Reuters.
Namun dengan terciptanya penguatan, bisa jadi investor melihat bahwa masih ada harapan pada 2019. Tantangan memang ada, tetapi bukan berarti sonder peluang.
Menurut Colas, berita baik yang bisa dominan pada 2019 adalah damai dagang AS-China. Kemudian ekonomi AS diperkirakan masih bisa tumbuh ke titik optimalnya.
"Saat melihat angka-angka, ada kemungkinan situasi akan baik-baik saja. Sepertinya 2019 masih menjanjikan keuntungan yang lumayan," kata Colas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular