
Ekonomi Asia Lesu & Shutdown AS Buat Yen Cetak Rekor Baru
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 January 2019 21:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen terhadap dolar AS menguat hari ini dan menyentuh level tertinggi sejak akhir Mei 2018.
Penguatan instrumen yang dianggap aman (safe haven) tersebut terjadi setelah isu shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi global mulai mengkhawatirkan pelaku pasar global.
Kekhawatiran pelaku pasar global juga ditunjukkan oleh naiknya harga emas dan reli harga yang terjadi di pasar obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury, yang penguatannya juga lumrah menjadi cerminan dari kekhawatiran pasar di tengah kontraksi.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan mata uang Negeri Matahari Terbit itu mencapai menguat 0,52% menjadi 109,14 yen per dolar AS hari ini, posisi tertinggi sejak 31 Mei 2018.
Kekhawatiran pelaku pasar tersebut berujung pada kontraksi sehingga mengarah pada mode penghindaran risiko (risk aversion, atau risk-off) sehingga dana global menjurus ke mata uang samurai sebagai salah satu safe haven alami di pasar.
Safe haven lain yaitu emas juga menguat hari ini, terlihat di harga emas Comex kontrak Februari yang masih menguat 0,4% menjadi US$ 1.286 per troy ounce. Naiknya harga emas tersebut juga menjadi rekor tertinggi sejak 15 Juni 2018.
Saat ini, harga US Treasury tenor 10 tahun sedang reli, yang ditunjukkan oleh turunnya tingkat imbal hasil (yield) seri tersebut menjadi 2,62%, terendah sejak 25 Januari 2015.
Shutdown AS terjadi ketika senat dan legislatif AS tidak menemui kompromi ketika menentukan anggaran tahunan sehingga menyebabkan terhentinya pendanaan untuk pembiayaan sebagian kementerian-lembaga di Negeri Paman Sam.
Titik temu tidak tercapai karena presiden Donald Trump bersikeras memasukkan anggaran pembuatan tembok Meksiko yang tidak dikehendaki senat.
Sentimen negatif shutdown AS dan perlambatan ekonomi serta industri global menyeruak ketika isu perang dagang AS-China mereda dan semakin mesra, dan terkesan datang silih berganti.
Isu perlambatan ekonomi dan industri kembali memanas di Asia ketika data manufaktur PMI China, Korsel, dan Malaysia yang masih mengkhawatirkan. Data industri itu diperberat oleh data pertumbuhan ekonomi kuartal-IV Singapura yang dibukuukan 2,2%, masih di bawah prediksi konsensus 2,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article Tak Hanya Emas, Investasi Mata Uang Ini pun Cuan Saat Krisis
Penguatan instrumen yang dianggap aman (safe haven) tersebut terjadi setelah isu shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi global mulai mengkhawatirkan pelaku pasar global.
Kekhawatiran pelaku pasar global juga ditunjukkan oleh naiknya harga emas dan reli harga yang terjadi di pasar obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury, yang penguatannya juga lumrah menjadi cerminan dari kekhawatiran pasar di tengah kontraksi.
Kekhawatiran pelaku pasar tersebut berujung pada kontraksi sehingga mengarah pada mode penghindaran risiko (risk aversion, atau risk-off) sehingga dana global menjurus ke mata uang samurai sebagai salah satu safe haven alami di pasar.
Safe haven lain yaitu emas juga menguat hari ini, terlihat di harga emas Comex kontrak Februari yang masih menguat 0,4% menjadi US$ 1.286 per troy ounce. Naiknya harga emas tersebut juga menjadi rekor tertinggi sejak 15 Juni 2018.
Saat ini, harga US Treasury tenor 10 tahun sedang reli, yang ditunjukkan oleh turunnya tingkat imbal hasil (yield) seri tersebut menjadi 2,62%, terendah sejak 25 Januari 2015.
Shutdown AS terjadi ketika senat dan legislatif AS tidak menemui kompromi ketika menentukan anggaran tahunan sehingga menyebabkan terhentinya pendanaan untuk pembiayaan sebagian kementerian-lembaga di Negeri Paman Sam.
Sentimen negatif shutdown AS dan perlambatan ekonomi serta industri global menyeruak ketika isu perang dagang AS-China mereda dan semakin mesra, dan terkesan datang silih berganti.
Isu perlambatan ekonomi dan industri kembali memanas di Asia ketika data manufaktur PMI China, Korsel, dan Malaysia yang masih mengkhawatirkan. Data industri itu diperberat oleh data pertumbuhan ekonomi kuartal-IV Singapura yang dibukuukan 2,2%, masih di bawah prediksi konsensus 2,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article Tak Hanya Emas, Investasi Mata Uang Ini pun Cuan Saat Krisis
Most Popular