
BoJ Sudah 5 Tahun Terapkan Suku Bunga -0,1%, Bisa Turun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini, Selasa (27/4/2021). Sesuai prediksi pelaku pasar, tidak ada perubahan kebijakan dari Bank sentral negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Dampaknya ke pasar finansial pun minim.
BoJ tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar negatif (-) 0,1%. Suku bunga negatif BoJ bukan hal yang baru, jauh sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda dunia, suku bunga di Jepang sudah negatif.
BoJ pertama kali menerapkan suku bunga negatif pada Januari 2016, artinya sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Tujuannya adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan mencapai target inflasi 2%. Bukannya mencapai target, inflasi di Jepang malah diprediksi akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Dalam outlook terbaru yang diberikan hari ini, BoJ memproyeksikan inflasi inti di tahun fiskal 2021 yang dimulai bulan ini sebesar 0,1%, turun jauh ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 0,5%. Penurunan proyeksi inflasi tersebut terjadi akibat pandemi Covid-19 yang melanda Jepang, bahkan memburuk lagi belakangan ini.
Inflasi inti di tahun fiscal 2022 diperkirakan sebesar 0,8% dan tahun selanjutnya 1%. Artinya suku bunga negatif di Jepang masih akan bertahan untuk waktu yang lama, bahkan ada peluang diturunkan lebih dalam lagi.
"Perekonomian Jepang akan pulih, meski tingkat aktivitasnya akan lebih rendah dari sebelum pandemi Covid-19," tulis BoJ dalam keterangan usai pengumuman kebikakan moneter, sebagaimana dikutip Reuters.
"Kami akan melonggarkan kebijakan moneter lebih jauh tanpa ragu jika diperlukan, jika dampak dari pandemi semakin memburuk."
Meski BoJ menegaskan akan menurunkan lagi suku bunga jika diperlukan, tetapi bursa saham Jepang melemah hari ini, indeks Nikkei turun 0,46%. Artinya, kebijakan BoJ serta penurunan proyeksi inflasi sudah diprediksi jauh-jauh hari.
Selain suku bunga negatif, BoJ juga mempertahankan kebijakan yield curve control, dimana yield obligasi tenor 10 tahun dijaga dekat 0%.
Nilai tukar yen Jepang melemah pada perdagangan hari ini, maklum saja, jika suku bunga negatif diturunkan lebih dalam, yen tentunya akan tertekan. Melawan dolar AS, yen melemah 0,21% pada pukul 14:41 WIB, sementara melawan rupiah melemah 0,13% di Rp 133,78/JPY.
Pergerakan yen Jepang juga menjadi salah satu perhatian BoJ. Yen merupakan mata uang safe haven, ketika terjadi gejolak maka permintaannya akan meningkat, nilainya pun semakin menguat. Pada bulan Maret 2020 saat Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, yen menyentuh level terkuat sejak September 2016 melawan dolar AS, dan di awal tahun ini kembali mendekati level tersebut.
Sementara melawan rupiah, yen menyentuh level termahal sepanjang sejarah pada bulan April 2020.
Jepang merupakan negara yang mengandalkan ekspor, penguatan yen tentunya berdampak buruk, permintaan ekspor berisiko mengalami penurunan, pada akhirnya roda perekonomian akan melambat.
Oleh karena itu, suku bunga negatif diprediksi akan diturunkan lebih dalam jika yen mengalami penguatan.
"Jika perubahan fundamental ekonomi memicu penguatan tajam yen, BoJ pasti akan mempertimbangkan penurunan suku bunga negatif lebih dalam," kata Kazuo Momma, mantan pejabat BoJ, sebagaimana dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Digital Ragu, Yuan & Yen Digital Melaju