Newsletter

Damai Dagang AS-China Masih Tanda Tanya

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 05:12
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu hasil positif yang diraih Wall Street. Diharapkan hijaunya Wall Street akan memberi semangat bursa saham Asia untuk mencatatkan pencapaian serupa. 

Sentimen kedua adalah perkembangan hubungan dagang AS-China. Di tengah persiapan dialog dagang, terselip berita buruk yang bisa mengganggu hubungan kedua negara. 

Reuters mengabarkan, Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan agar perusahaan-perusahaan AS tidak menggunakan perangkat telekomunikasi buatan dua perusahaan asal China, Huawei dan ZTE. Alasannya adalah untuk kepentingan dan keamanan nasional. AS menuding Huawei dan ZTE berkolaborasi dengan pemerintah China untuk membuat perangkat mereka menjadi alat mata-mata.  


Keputusan ini disebut bisa berlaku mulai bulan depan. Nantinya Kementerian Perdagangan AS bisa langsung memblok perusahaan-perusahaan AS untuk mengimpor alat komunikasi buatan Huawei dan ZTE. Naskah peraturan ini masih digodok, belum final.  

Beredarnya kabar ini tentu berpotensi membuat telinga China panas. Jika China sampai murka, maka perundingan dagang dengan AS terancam penuh emosi bahkan bisa saja batal. Nasib damai dagang masih penuh tanda tanya, dan ada kemungkinan perang dagang meletus kembali. 

Apabila sentimen ini bergulir menjadi bola salju yang semakin besar, maka bisa membuat pelaku pasar ketar-ketir. Akibatnya, mode bermain aman kembali terpasang dan aset-aset berisiko di negara berkembang akan mengalami pelepasan. Tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan Indonesia. 

Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang kemungkinan melemah. pada pukul 04:38 WIB, Dollar Index terpantau turun 0,52%.  

Data-data ekonomi yang kurang oke dan risiko perlambatan ekonomi yang semakin nyata membuat investor kian yakin bahwa The Fed tidak akan terlalu agresif pada 2019. Kalau tahun ini Powell dan sejawat menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali, maka 2019 kemungkinan cukup dua kali. 

Laju kenaikan Federal Funds Rate yang melambat ini tentu akan mempengaruhi kinerja greenback. Mata uang ini menjadi kurang atraktif dan dalam jangka menengah-panjang akan kekurangan peminat. Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk kembali mencetak apresiasi.  

Sentimen keempat, yang juga positif buat rupiah, adalah berlanjutnya koreksi harga minyak. Pada pukul 04:43 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 3,18% dan light sweet jatuh 2,1%. 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penurunan harga minyak akan berdampak positif bagi mata uang Tanah Air. Sebagai negara net importir minyak, penurunan harga komoditas ini akan mengurangi biaya impor Indonesia. Devisa yang 'terbuang' pun akan lebih sedikit sehingga rupiah punya ruang untuk menguat. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular