Internasional

Ancam Keamanan, AS Tutup Akses Perusahaan Teknologi China

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
30 October 2018 11:41
Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menutup akses perusahaan teknologi China terhadap teknologi AS, Senin (29/10/2018).
Foto: REUTERS/Thomas Peter/File Photo
Washington, CNBC Indonesia - Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menutup akses perusahaan teknologi China terhadap teknologi AS, Senin (29/10/2018), dengan alasan perusahaan itu dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.

Presiden Donald Trump telah menggambarkan China sebagai ancaman ekonomi terhadap negaranya dan perusahaan-perusahaan AS. Hal itu ditegaskan dengan strategi bea masuk agresifnya dengan tujuan mencegah negara itu menjadi dominan di sektor teknologi penting.


Larangan terbaru ini berarti perusahaan-perusahaan AS memerlukan persetujuan khusus untuk mengekspor produk yang dimaksudkan untuk digunakan oleh perusahaan milik negara China, Fujian Jinhua Integrated Circuit Company Ltd., menurut sebuah pernyataan yang dikutip AFP.

Perusahaan ini akan segera menyelesaikan kapasitas produksi yang besar untuk sirkuit terpadu dynamic random access memory/ DRAM yang kemungkinan akan didasarkan pada teknologi AS.

Namun, produksi itu "mengancam kelangsungan hidup ekonomi jangka panjang untuk pemasok AS dari komponen penting sistem militer AS," kata Departemen Perdagangan.

Ancam Keamanan, AS Tutup Akses Perusahaan Teknologi ChinaFoto: Infografis/Crazy Rich Teknologi Kehilangan Rp 242 T dalam Sepekan/Aristya Rahadian Krisabella
"Ketika sebuah perusahaan asing terlibat dalam aktivitas yang bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional kami. Kami akan mengambil tindakan kuat untuk melindungi keamanan nasional kami," kata Menteri Perdagangan Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan, tulis AFP.

Dia mengatakan pembatasan ekspor akan membatasi "kemampuan Jinhua mengancam rantai pasokan untuk komponen penting dalam sistem militer kita."

China meluncurkan Jinhua pada Februari 2016 untuk membuat chip di dalam negeri agar dapat memproduksi produk tersebut secara mandiri dengan investasi US$5,6 miliar (Rp 85 triliun) untuk memulai produksinya.

Semikonduktor termasuk di antara impor terbesar China, yang menyaingi minyak, dan mereka sangat bergantung pada teknologi AS.


Awal tahun ini, Washington melarang perusahaan telekomunikasi dan raksasa smartphone ZTE membeli komponen AS yang penting selama tujuh tahun sebagai hukuman karena melanggar kontrol ekspor AS. Kebijakan ini mengancam kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Namun, di situasi yang bermuatan politik, AS kemudian mengizinkan ZTE untuk melanjutkan impor dengan persyaratan yang ketat.
(prm) Next Article Wow! Naik 40%, Ini Saham yang Kebal Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular