Saham Teknologi Masih Lesu, Tapi 2 Saham Ini Malah Bergairah

Tim Riset, CNBC Indonesia
12 April 2023 14:29
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor teknologi di Indonesia masih belum bergairah sepanjang tahun ini. Namun, kinerjanya sudah lebih membaik dibandingkan dengan tahun lalu.

Di Indonesia, setidaknya ada tiga emiten teknologi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Ketiga emiten tersebut merupakan bekas dari startup teknologi RI yang berhasil melantai di bursa.

Adapun ketiga emiten tersebut yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI).

Selain tiga saham tersebut, ada dua saham lainnya namun belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Grab Holdings Ltd. (induk Grab) dan Sea Ltd. (induk Shopee).

Berikut kinerja saham raksasa teknologi di Indonesia sepanjang tahun ini.

Dari di atas, kelima saham teknologi tersebut secara mayoritas lesu sepanjang tahun ini. Namun yang hebat, saham GOTO dan Sea Ltd. terpantau bergairah sepanjang tahun ini.

GOTO terpantau masih melesat 3,3% sepanjang tahun ini, meski pergerakannya cenderung terlihat volatil dan tidak jarang membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sedangkan saham Sea Ltd juga masih mampu melejit hingga lebih dari 57% sepanjang tahun ini, menghiraukan sentimen negatif yang turut mempengaruhi kinerjanya.

Saham-saham teknologi, terutama yang tergabung di indeks IDXTechno pun masih belum bergairah sepanjang tahun ini. Adapun sektor IDXTechno sendiri masih terkoreksi hingga 5,29% sepanjang tahun ini, berdasarkan data terakhir per Selasa kemarin.

Sektor teknologi yang masih cenderung lesu karena sentimen global yang belum menentu, di tambah prospek suku bunga bank sentral utama yang juga masih belum pasti membuat kinerja saham teknologi pun tertahan.

Meski begitu, sejatinya sepanjang tahun ini sudah lebih baik, ketimbang pada tahun lalu yang merana karena agresifnya bank sentral utama, terutama bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Namun, prediksi sikap The Fed yang bakal melunak tentunya menjadi sentimen positif bagi saham-saham teknologi, karena dengan melunaknya The Fed dan bahkan bank sentral utama lainnya, maka perusahaan dapat memulihkan kinerjanya dan tentunya dapat berekspansi dengan leluasa.

Meski begitu, prediksi sikap The Fed hingga hari ini masih berubah-ubah. Terakhir, Ekspektasi pasar kini menunjukkan 72% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei mendatang. Bandingkan dengan pekan lalu di mana angkanya hanya 43%.

Ekspektasi pasar akan berubah jika data inflasi AS tidak sesuai keinginan pasar.

AS akan mengumumkan data inflasi Maret pada Rabu pukul 19:00 WIB. Inflasi AS melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari lalu.

Pasar berekspektasi inflasi AS akan melandai ke 5,2-5,4% pada Maret.

Inflasi adalah salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga pada Mei mendatang. Jika inflasi masih membandel, bukan tidak mungkin The Fed akan tetap hawkish dan jika demikian, maka sektor teknologi belum akan pulih dalam waktu dekat.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Holder GOTO Jangan Putus Asa, Dulu Amazon Juga Drop 95% Kok!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular