
Newsletter
Damai Dagang AS-China Masih Tanda Tanya
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 05:12

Dari Wall Street, tiga indeks utama masih mampu bertahan di zona hijau. DJIA ditutup menguat 1,14%, S&P 500 naik 0,56%, dan Nasdaq bertambah 0,38%.
Padahal bursa saham New York sempat mengalami koreksi yang lumayan dalam, di mana DJIA anjlok 1,81%, S&P 500 amblas 1,86%, dan Nasdaq ambrol 2,28%.
Penyebabnya adalah rilis data-data ekonomi AS yang kurang ciamik. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Desember tercatat 136,4 atau turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan penurunan bulanan terdalam sejak Juli 2015.
Kemudian harga properti residensial Negeri Paman Sam pada Oktober tumbuh 5,7% secara year-on-year (YoY). Ini menjadi laju paling lambat selama nyaris 2 tahun terakhir.
Data-data tersebut membuat investor khawatir terhadap prospek perekonomian Negeri Adidaya. Sepertinya sinyal perlambatan ekonomi semakin ada dan tampak nyata.
"Penjualan ritel memang masih kuat. Namun keyakinan konsumen melambat dan sepertinya akan terus terjadi apabila belum ada penyelesaian terhadap isu-isu perdagangan, fiskal, dan kepastian mengenai kebijakan moneter bank sentral," kata Bryan Reilly, Direktur Pelaksana di CIBC Private Wealth Management yang berbasis di Boston, mengutip Reuters.
Namun jelang akhir perdagangan, Wall Street mampu bangkit ditopang oleh saham-saham industri kesehatan. Saham Procter & Gamble naik 2,14%, Merck mengat 1,84%, dan Pfizer bertambah 1,56%. Saham-saham industri manufaktur juga mampu menguat lumayan tajam, seperti 3M (2,38%), Caterpillar (1,53%), dan Boeing (1,02%).
Sepertinya sentimen damai dagang AS-China yang semakin nyata menjadi pendorong utama penguatan sektor-sektor tersebut. Apabila Washington-Beijing benar-benar bisa berdamai, maka pasar China akan semakin terbuka dan akan mendongkrak laba.
Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.
"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Jur Bicara Kementerian Perdagangan China.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Padahal bursa saham New York sempat mengalami koreksi yang lumayan dalam, di mana DJIA anjlok 1,81%, S&P 500 amblas 1,86%, dan Nasdaq ambrol 2,28%.
Penyebabnya adalah rilis data-data ekonomi AS yang kurang ciamik. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Desember tercatat 136,4 atau turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan penurunan bulanan terdalam sejak Juli 2015.
Kemudian harga properti residensial Negeri Paman Sam pada Oktober tumbuh 5,7% secara year-on-year (YoY). Ini menjadi laju paling lambat selama nyaris 2 tahun terakhir.
Data-data tersebut membuat investor khawatir terhadap prospek perekonomian Negeri Adidaya. Sepertinya sinyal perlambatan ekonomi semakin ada dan tampak nyata.
"Penjualan ritel memang masih kuat. Namun keyakinan konsumen melambat dan sepertinya akan terus terjadi apabila belum ada penyelesaian terhadap isu-isu perdagangan, fiskal, dan kepastian mengenai kebijakan moneter bank sentral," kata Bryan Reilly, Direktur Pelaksana di CIBC Private Wealth Management yang berbasis di Boston, mengutip Reuters.
Namun jelang akhir perdagangan, Wall Street mampu bangkit ditopang oleh saham-saham industri kesehatan. Saham Procter & Gamble naik 2,14%, Merck mengat 1,84%, dan Pfizer bertambah 1,56%. Saham-saham industri manufaktur juga mampu menguat lumayan tajam, seperti 3M (2,38%), Caterpillar (1,53%), dan Boeing (1,02%).
Sepertinya sentimen damai dagang AS-China yang semakin nyata menjadi pendorong utama penguatan sektor-sektor tersebut. Apabila Washington-Beijing benar-benar bisa berdamai, maka pasar China akan semakin terbuka dan akan mendongkrak laba.
Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.
"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Jur Bicara Kementerian Perdagangan China.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular