
Newsletter
Neraca Dagang, Bunga Acuan, Brexit, Harga Minyak, Alamak...
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 05:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali mencetak hasil yang positif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan penguatan, nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bergerak turun.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,4%. Penguatan ini menipis, karena IHSG sempat menguat di kisaran 1%.
Namun, tambahan 0,4% cukup untuk membuat IHSG sebagai yang terbaik di Asia karena indeks saham utama Asia mayoritas melemah. Indeks Shanghai Composite melemah 0,85%, Hang Seng turun 0,54%, Straits Times minus 0,34%, Kospi terpeleset 0,15%, dan SET (Thailand) terkoreksi 0,45%.
Sementara rupiah ditutup menguat 0,14%. Seperti IHSG, penguatan rupiah juga menipis karena sempat mencapai 0,81%. Apresiasi 0,14% membuat rupiah menjadi mata uang terbaik kedua Asia di bawah rupee India.
Sedangkan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berhasil turun 8,3 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik akibat tingginya minat pelaku pasar.
Sentimen di pasar keuangan global kemarin agak campur aduk. Ada kabar positif dari China yaitu data-data ekonomi teranyar di Negeri Tirai Bambu. Investasi tetap Januari-Oktober 2018 tercatat tumbuh 5,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 5,5%.
Kemudian produksi industri pada Oktober tumbuh 5,9% YoY. Juga lebih baik dibandingkan konsensus pasar yaitu 5,7%.
Hanya saja pertumbuhan ritel pada Oktober tercatat tumbuh 8,6%. Di bawah konsensus pasar yang memperkirakan 9,1%.
Data-data ini memang variatif, tetapi cenderung positif. Sepertinya komitmen pemerintah China untuk mendorong dunia usaha sudah membuahkan hasil, terlihat dari investasi tetap dan produksi industri yang tumbuh mengesankan.
Kemudian, ada perkembangan positif terkait pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Pada Rabu waktu setempat, Perdana Menteri Inggris Theresa May akan menggelar rapat kabinet untuk membahas poin-poin kesepakatan Brexit.
Jika sudah ada kesepakatan di London, hasilnya akan dibawa ke Brussel dan dibahas dalam rapat pada 25 November. Apabila disetujui, Uni Eropa akan mengesahkan kesepakatan ini dan Inggris pun bisa resmi berpisah secara baik-baik.
Namun ada berita buruk dari Jepang. Pada kuartal III-2018, ekonomi Negeri Matahari Terbit terkontraksi alias minus 1,2% secara YoY. Lebih dalam dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu minus 1%.
Kontraksi ini disebabkan oleh ekspor yang turun 1,8%, penurunan terdalam dalam lebih dari 3 tahun terakhir. Sementara investasi terkontraksi 0,2%, pertama dalam 2 tahun.
Ada pula kabar menegangkan dari Italia. Pemerintah Negeri Pizza memutuskan untuk mengirim ulang rancangan anggaran 2019 tanpa perubahan. Defisit anggaran tetap di 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebelumnya, anggaran ini sudah ditolak oleh Uni Eropa karena terlalu agresif. Setelah dikembalikan, Brussel berharap Roma melakukan revisi dengan lebih mengerem agresivitas fiskal agar utang pemerintah tidak semakin menggunung.
Beruntungnya, pasar keuangan Indonesia diselamatkan oleh kejatuhan harga minyak. Pada pukul 16:26 WIB kemarin, harga minyak jenis brent turun 0,12% dan light sweet terkoreksi 0,2%.
Koreksi harga minyak adalah berkah karena dapat mengurangi biaya impor migas. Defisit di neraca migas adalah biang kerok tekornya neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Pelaku pasar mengapresiasi perkembangan ini dengan mengoleksi aset-aset berbasis rupiah. Investor asing membukukan beli bersih Rp 530,78 miliar di pasar saham. Selain itu, investor juga masuk ke pasar obligasi. Arus modal ini yang kemudian mendukung penguatan rupiah.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,4%. Penguatan ini menipis, karena IHSG sempat menguat di kisaran 1%.
Namun, tambahan 0,4% cukup untuk membuat IHSG sebagai yang terbaik di Asia karena indeks saham utama Asia mayoritas melemah. Indeks Shanghai Composite melemah 0,85%, Hang Seng turun 0,54%, Straits Times minus 0,34%, Kospi terpeleset 0,15%, dan SET (Thailand) terkoreksi 0,45%.
Sementara rupiah ditutup menguat 0,14%. Seperti IHSG, penguatan rupiah juga menipis karena sempat mencapai 0,81%. Apresiasi 0,14% membuat rupiah menjadi mata uang terbaik kedua Asia di bawah rupee India.
Sedangkan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berhasil turun 8,3 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik akibat tingginya minat pelaku pasar.
Sentimen di pasar keuangan global kemarin agak campur aduk. Ada kabar positif dari China yaitu data-data ekonomi teranyar di Negeri Tirai Bambu. Investasi tetap Januari-Oktober 2018 tercatat tumbuh 5,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 5,5%.
Kemudian produksi industri pada Oktober tumbuh 5,9% YoY. Juga lebih baik dibandingkan konsensus pasar yaitu 5,7%.
Hanya saja pertumbuhan ritel pada Oktober tercatat tumbuh 8,6%. Di bawah konsensus pasar yang memperkirakan 9,1%.
Data-data ini memang variatif, tetapi cenderung positif. Sepertinya komitmen pemerintah China untuk mendorong dunia usaha sudah membuahkan hasil, terlihat dari investasi tetap dan produksi industri yang tumbuh mengesankan.
Kemudian, ada perkembangan positif terkait pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Pada Rabu waktu setempat, Perdana Menteri Inggris Theresa May akan menggelar rapat kabinet untuk membahas poin-poin kesepakatan Brexit.
Jika sudah ada kesepakatan di London, hasilnya akan dibawa ke Brussel dan dibahas dalam rapat pada 25 November. Apabila disetujui, Uni Eropa akan mengesahkan kesepakatan ini dan Inggris pun bisa resmi berpisah secara baik-baik.
Namun ada berita buruk dari Jepang. Pada kuartal III-2018, ekonomi Negeri Matahari Terbit terkontraksi alias minus 1,2% secara YoY. Lebih dalam dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu minus 1%.
Kontraksi ini disebabkan oleh ekspor yang turun 1,8%, penurunan terdalam dalam lebih dari 3 tahun terakhir. Sementara investasi terkontraksi 0,2%, pertama dalam 2 tahun.
Ada pula kabar menegangkan dari Italia. Pemerintah Negeri Pizza memutuskan untuk mengirim ulang rancangan anggaran 2019 tanpa perubahan. Defisit anggaran tetap di 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebelumnya, anggaran ini sudah ditolak oleh Uni Eropa karena terlalu agresif. Setelah dikembalikan, Brussel berharap Roma melakukan revisi dengan lebih mengerem agresivitas fiskal agar utang pemerintah tidak semakin menggunung.
Beruntungnya, pasar keuangan Indonesia diselamatkan oleh kejatuhan harga minyak. Pada pukul 16:26 WIB kemarin, harga minyak jenis brent turun 0,12% dan light sweet terkoreksi 0,2%.
Koreksi harga minyak adalah berkah karena dapat mengurangi biaya impor migas. Defisit di neraca migas adalah biang kerok tekornya neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Pelaku pasar mengapresiasi perkembangan ini dengan mengoleksi aset-aset berbasis rupiah. Investor asing membukukan beli bersih Rp 530,78 miliar di pasar saham. Selain itu, investor juga masuk ke pasar obligasi. Arus modal ini yang kemudian mendukung penguatan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular