Newsletter

Neraca Dagang, Bunga Acuan, Brexit, Harga Minyak, Alamak...

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 05:53
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Bicara neraca perdagangan, kita bisa masuk ke sentimen keempat. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional periode Oktober 2018.  

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, dan impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10% YoY. 


Data perdagangan Oktober akan menjadi awal untuk melihat prospek transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018. Kemungkinan transaksi berjalan akan lebih baik dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014. 

Namun, apabila defisit perdagangan ternyata lebih parah dari ekpektasi, maka perbaikan transaksi berjalan akan sulit dilakukan. Pada akhirnya rupiah semakin tidak punya pijakan untuk menguat. 

Sentimen kelima, juga dari dalam negeri, adalah pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Perry Warjiyo dan kolega masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%. 


Kemungkinan besar kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan terjadi pada Desember. Pasalnya, The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada bulan itu. 

Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat The Fed 19 Desember adalah 72,3%. Naik dibandingkan posisi seminggu lalu yaitu 71,7%. 

Sedangkan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI edisi Desember dijadwalkan pada 20 Desember. Artinya BI keuntungan waktu sehari. BI tidak perlu menaikkan suku bunga bulan ini, masih bisa ditunda bulan depan dengan syarat The Fed benar-benar menaikkan suku bunga. 

Selain itu, rupiah yang mulai stabil akan menjadi pertimbangan utama BI untuk tidak menaikkan suku bunga acuan. Sebab selama ini tujuan kenaikan suku bunga acuan adalah untuk membuat pasar keuangan Indonesia lebih atraktif, sehingga aliran modal masuk dengan deras dan memperkuat rupiah. 

Dalam sebulan terakhir, rupiah bahkan menguat 2,24% di hadapan dolar AS. Aliran modal sudah masuk ke Indonesia dan membuat rupiah stabil cenderung menguat. 

Oleh karena itu, sepertinya tidak akan ada kejutan dalam RDG BI hari ini. Namun pelaku pasar bisa mencair petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan, khususnya peluang kenaikan BI 7 Day Reserve Repo Rate pada Desember. Jika petunjuk kenaikan terlihat cukup jelas, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. 

Sentimen keenam, lagi-lagi dari dalam negeri, adalah data penjualan mobil. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan penjualan mobil pada Oktober 2018 adalah 106.050 unit. Naik 10,25% secara YoY. 

Berita ini bisa menjadi kabar baik bagi saham emiten produsen kendaraan atau suku cadang. Data ini pun mengindikasikan konsumsi masyarakat yang masih terjaga, sehingga bisa menjadi sentimen positif bagi saham-saham sektor barang konsumsi dan keuangan. 

Begitu banyak sentimen yang bisa menggerakkan pasar hari ini. Mulai dari Brexit, harga minyak, bunga acuan, neraca perdagangan, sampai penjualan mobil.

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sibuk di pasar. Alamak...

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular