
Anjloknya Harga Minyak Mentah Jadi Berkah Buat IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 November 2018 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat sebesar 0,4% ke level 5.858,29.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,63 triliun dengan volume sebanyak 10,38 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 401.454 kali.
Pergerakan IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang terjebak di zona merah: indeks Shanghai turun 0,85%, indeks Hang Seng turun 0,54%, indeks Strait Times turun 0,55%, dan indeks Kospi turun 0,15%.
Anjloknya harga minyak mentah dunia yang salah satunya disebabkan oleh lemahnya proyeksi permintaan di masa depan membuat investor meninggalkan instrumen berisiko seperti saham.
Pada perdagangan kemarin (13/11/2018), harga minyak jenis light sweet (WTI) kontrak pengiriman Desember 2018 anjlok sebesar 7,07% ke level US$ 55,69/barel, sementara harga minyak Brent kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok sebesar 6,63% ke level US$ 65,47/barel. Kemudian pada hari ini, WTI melemah 0,47%, sementara brent terkoreksi 0,18%.
Kemudian, lesunya perekonomian Jepang ikut membuat bursa saham utama Asia ditinggalkan. Pada pagi tadi, pembacaan awal pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar -1,2% (QoQ annualized), lebih buruk dari estimasi pelaku pasar yakni kontraksi sebesar 1% saja.
Di sisi lain, perkembangan mengenai perang dagang membawa kabar positif bagi bursa saham Asia. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa AS dan China sudah memulai kembali dialog perdagangan pada semua level pemerintahan.
Tidak ada kepastian bahwa China akan mengikuti permintaan dari AS namun "lebih baik berbicara daripada tidak," papar Kudlow ketika diwawancarai oleh CNBC International pada hari Selasa waktu setempat (13/11/2018).
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri China Liu He dikabarkan akan mengunjungi AS untuk mematangkan rencana dialog antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Kemudian, suntikan energi bagi IHSG juga datang dari rilis data ekonomi di China. Pada pukul 09:00 WIB hari ini, Investasi Aset Tetap periode Januari-Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,7% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,5% YoY. Kemudian, produksi industri periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,9% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,7% YoY.
Positifnya data ekonomi di China mengindikasikan bahwa perang dagang yang tengah berkecamuk dengan AS belum bisa menekan perekonomiannya secara signifikan.
Sebagai informasi, pada September 2018, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
Dari dalam negeri, anjloknya harga minyak mentah dunia justru membawa berkah bagi IHSG. Seiring anjloknya harga minyak dunia, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) yang membengkak pada kuartal-III 2018 menjadi bisa ditekan.
Rupiah pun menguat sebesar 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.785/dolar AS dan memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham.
Selain itu, melejitnya saham PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+4,95%) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+10,54%) ikut memotori penguatan IHSG. PTBA menjadi saham dengan kontribusi terbesar ke-8 bagi penguatan IHSG, sementara TKIM menempati posisi 6.
Aksi beli investor dipicu oleh masuknya kedua saham tersebut ke dalam MSCI All Country World Index (ACWI) yang berlaku efektif pada 30 November 2018. MSCI Inc. (Morgan Stanley Capital International) merupakan penyedia indeks saham dan obligasi terkemuka dunia. Indeks saham yang mereka racik banyak dijadikan acuan oleh para manajer investasi dunia dalam mengelola dana nasabahnya.
Khusus untuk MSCI ACWI, indeks ini merupakan indeks saham global flagship racikan MSCI Inc. yang menggambarkan pergerakan bursa saham dunia dengan menggunakan 2.791 saham berkapitalisasi pasar sedang-besar yang tersebar di 23 negara maju dan 24 negara berkembang sebagai konstituennya, seperti dilansir dari factsheet MSCI ACWI periode September 2018.
Per akhir September 2018, total kapitalisasi pasar dari MSCI ACWI adalah senilai US$ 46,8 triliun atau setara dengan Rp 690.300 triliun.
Selain MSCI ACWI, MSCI membuat 2 indeks saham lainnya guna semakin menyediakan peluang investasi bagi para manajer investasi. 2 indeks saham tersebut adalah MSCI ACWI Investable Market Index (IMI) dan MSCI ACWI All Cap Index.
Per Juni 2018, total dana sebanyak lebih dari US$ 4,1 triliun (Rp 60.475 triliun) diinvestasikan dengan menggunakan deretan MSCI ACWI sebagai acuannya.
Ketika rebalancing resmi berlaku pada 30 November 2018, para manajer investasi akan mengatur ulang portfolio yang menggunakan MSCI ACWI sebagai acuan dengan memasukkan saham PTBA dan TKIM.
Mengingat besarnya dana kelolaan yang terkait dengan deretan MSCI ACWI, aksi beli atas saham PTBA dan TKIM kemungkinan besar akan berlangsung masif, sehingga harga sangat mungkin terkerek naik signifikan.
Guna mengantisipasi hal tersebut, investor melakukan aksi beli dari saat ini juga.
Tak hanya investor domestik, investor asing pun tak mau ketinggalan mencicipi cuan dari saham PTBA dan TKIM. Hingga akhir sesi 2, investor asing mengoleksi saham PTBA senilai Rp 66,2 miliar, sementara TKIM dikoleksi senilai Rp 32,1 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,63 triliun dengan volume sebanyak 10,38 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 401.454 kali.
Pergerakan IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang terjebak di zona merah: indeks Shanghai turun 0,85%, indeks Hang Seng turun 0,54%, indeks Strait Times turun 0,55%, dan indeks Kospi turun 0,15%.
Kemudian, lesunya perekonomian Jepang ikut membuat bursa saham utama Asia ditinggalkan. Pada pagi tadi, pembacaan awal pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar -1,2% (QoQ annualized), lebih buruk dari estimasi pelaku pasar yakni kontraksi sebesar 1% saja.
Di sisi lain, perkembangan mengenai perang dagang membawa kabar positif bagi bursa saham Asia. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa AS dan China sudah memulai kembali dialog perdagangan pada semua level pemerintahan.
Tidak ada kepastian bahwa China akan mengikuti permintaan dari AS namun "lebih baik berbicara daripada tidak," papar Kudlow ketika diwawancarai oleh CNBC International pada hari Selasa waktu setempat (13/11/2018).
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri China Liu He dikabarkan akan mengunjungi AS untuk mematangkan rencana dialog antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Kemudian, suntikan energi bagi IHSG juga datang dari rilis data ekonomi di China. Pada pukul 09:00 WIB hari ini, Investasi Aset Tetap periode Januari-Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,7% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,5% YoY. Kemudian, produksi industri periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 5,9% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,7% YoY.
Positifnya data ekonomi di China mengindikasikan bahwa perang dagang yang tengah berkecamuk dengan AS belum bisa menekan perekonomiannya secara signifikan.
Sebagai informasi, pada September 2018, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
Dari dalam negeri, anjloknya harga minyak mentah dunia justru membawa berkah bagi IHSG. Seiring anjloknya harga minyak dunia, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) yang membengkak pada kuartal-III 2018 menjadi bisa ditekan.
Rupiah pun menguat sebesar 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.785/dolar AS dan memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham.
Selain itu, melejitnya saham PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+4,95%) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+10,54%) ikut memotori penguatan IHSG. PTBA menjadi saham dengan kontribusi terbesar ke-8 bagi penguatan IHSG, sementara TKIM menempati posisi 6.
Aksi beli investor dipicu oleh masuknya kedua saham tersebut ke dalam MSCI All Country World Index (ACWI) yang berlaku efektif pada 30 November 2018. MSCI Inc. (Morgan Stanley Capital International) merupakan penyedia indeks saham dan obligasi terkemuka dunia. Indeks saham yang mereka racik banyak dijadikan acuan oleh para manajer investasi dunia dalam mengelola dana nasabahnya.
Khusus untuk MSCI ACWI, indeks ini merupakan indeks saham global flagship racikan MSCI Inc. yang menggambarkan pergerakan bursa saham dunia dengan menggunakan 2.791 saham berkapitalisasi pasar sedang-besar yang tersebar di 23 negara maju dan 24 negara berkembang sebagai konstituennya, seperti dilansir dari factsheet MSCI ACWI periode September 2018.
Per akhir September 2018, total kapitalisasi pasar dari MSCI ACWI adalah senilai US$ 46,8 triliun atau setara dengan Rp 690.300 triliun.
Selain MSCI ACWI, MSCI membuat 2 indeks saham lainnya guna semakin menyediakan peluang investasi bagi para manajer investasi. 2 indeks saham tersebut adalah MSCI ACWI Investable Market Index (IMI) dan MSCI ACWI All Cap Index.
Per Juni 2018, total dana sebanyak lebih dari US$ 4,1 triliun (Rp 60.475 triliun) diinvestasikan dengan menggunakan deretan MSCI ACWI sebagai acuannya.
Ketika rebalancing resmi berlaku pada 30 November 2018, para manajer investasi akan mengatur ulang portfolio yang menggunakan MSCI ACWI sebagai acuan dengan memasukkan saham PTBA dan TKIM.
Mengingat besarnya dana kelolaan yang terkait dengan deretan MSCI ACWI, aksi beli atas saham PTBA dan TKIM kemungkinan besar akan berlangsung masif, sehingga harga sangat mungkin terkerek naik signifikan.
Guna mengantisipasi hal tersebut, investor melakukan aksi beli dari saat ini juga.
Tak hanya investor domestik, investor asing pun tak mau ketinggalan mencicipi cuan dari saham PTBA dan TKIM. Hingga akhir sesi 2, investor asing mengoleksi saham PTBA senilai Rp 66,2 miliar, sementara TKIM dikoleksi senilai Rp 32,1 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular