
Newsletter
Mampukah Rupiah Mempertahankan Mahkota Raja Asia?
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 November 2018 05:58

Keempat, harga minyak masih dalam tren koreksi. Pada pukul 05:25 WIB, harga minyak jensi brent amblas 1,53% kemudian light sweet anjlok 1,46%.
Sentimen ini berhasil menyeret Wall Street ke zona merah karena pelemahan yang dialami saham-saham pertambangan dan migas. Jika pola yang sama terjadi di Indonesia, maka IHSG juga akan terbeban karena pelemahan saham sektor energi.
Namun bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah kabar gembira. Indonesia adalah net importir migas. Tingginya impor migas, ditambah dengan kenaikan harga, membuat biaya importasi meningkat dan semakin banyak valas yang 'terbang' ke luar negeri.
Akibatnya, neraca migas yang defisit menyebabkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) ikut defisit. Tanpa dukungan valas yang memadai, rupiah pun melemah. Sejak awal tahun, rupiah melemah 6,9% di hadapan dolar AS.
Namun ketika harga minyak turun, maka biaya importasi migas akan lebih murah dan mengurangi tekanan kebutuhan valas. Rupiah pun bisa lebih tenang dan nyaman.
Bicara soal rupiah dan transaksi berjalan, kita bisa masuk ke sentimen kelima yaitu pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Rilis ini kemungkinan besar terjadi setelah penutupan pasar, tetapi pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Bisa jadi mahkota raja Asia yang disandang mata uang Tanah Air akan terlepas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Sentimen ini berhasil menyeret Wall Street ke zona merah karena pelemahan yang dialami saham-saham pertambangan dan migas. Jika pola yang sama terjadi di Indonesia, maka IHSG juga akan terbeban karena pelemahan saham sektor energi.
Namun bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah kabar gembira. Indonesia adalah net importir migas. Tingginya impor migas, ditambah dengan kenaikan harga, membuat biaya importasi meningkat dan semakin banyak valas yang 'terbang' ke luar negeri.
Akibatnya, neraca migas yang defisit menyebabkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) ikut defisit. Tanpa dukungan valas yang memadai, rupiah pun melemah. Sejak awal tahun, rupiah melemah 6,9% di hadapan dolar AS.
Namun ketika harga minyak turun, maka biaya importasi migas akan lebih murah dan mengurangi tekanan kebutuhan valas. Rupiah pun bisa lebih tenang dan nyaman.
Bicara soal rupiah dan transaksi berjalan, kita bisa masuk ke sentimen kelima yaitu pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Rilis ini kemungkinan besar terjadi setelah penutupan pasar, tetapi pasar sudah terlanjur berekspektasi ada pelemahan yang lebih dalam ketimbang kuartal II-2018, terutama di pos transaksi berjalan.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemungkinan defisit pada kuartal III-2018 akan lebih dalam, karena neraca perdagangan mengalami tekor yang lebih parah.
Sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit US$ 2,72 miliar. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.
Saat defisit transaksi berjalan melebar cukup parah, rupiah tentunya akan kehilangan pijakan untuk bisa menguat. Bisa jadi mahkota raja Asia yang disandang mata uang Tanah Air akan terlepas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular