Newsletter

Nantikan Hasil Pemilu Sela AS dan Kabar Damai Dagang

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Yazid Muamar, CNBC Indonesia
07 November 2018 05:59
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen keempat adalah harga minyak dunia yang masih terus turun. Pada pukul 05:19 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 1,93% sementara lght sweet jatuh 2,11%.  

Sanksi AS kepada Iran memang sudah dijatuhkan pada 4 November. Namun Washington memberi keringanan kepada delapan negara untuk tetap bisa mengimpor minyak dari Negeri Persia. Delapan negara itu adalah China, India, Korea Selatan, Jepang, Italia, Yunani, Taiwan, dan Turki. 

Oleh karena itu, pasokan minyak dunia tetap aman karena Iran masih bisa menjual. Bahkan Teheran mengklaim tetap bisa mengekspor sebanyak yang mereka mau. "Sejauh ini kami masih bisa menjual minyak sesuai dengan kebutuhan," tegas Eshaq Jahangiri, Wakil Presiden Iran, dikutip dari Reuters. 

Pasokan minyak di AS juga meningkat pesat. American Petroleum Institute (API) melaporkan, cadangan minyak Negeri Paman Sam naik 7,8 juta barel menjadi 432 juta barel pada pekan lalu. Jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 2,4 juta barel. 

Tingginya pasokan membuat harga si emas hitam jatuh. Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah, karena bisa mengurangi beban di neraca migas. Defisit neraca migas kerap kali menjadi biang kerok di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). 

Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 4,8% secara tahunan pada September 2018. Capaian itu melambat ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 6,1%. 


Pada Agustus, penjualan ritel memang mampu tumbuh cukup tinggi seiring berlangsungnya pelaksanaan kegiatan besar seperti Asian Games dan Hari Kemerdekaan. Setelah momen itu terlewati, praktis tidak ada lagi yang mampu menopang penjualan ritel. 

Pelemahan rupiah tampaknya menjadi biang kerok dari melambatnya penurunan penjualan di ritel. Utamanya bagi kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang memang mayoritas diimpor sehingga kala rupiah melemah harga produk ini menjadi semakin mahal. 

Akibatnya, penjualan peralatan informasi dan komunikasi turun 13,7% pada September 2018. Bulan sebelumnya, penjualan kelompok barang ini juga turun 13,2%. 

Sebelumnya, BI juga merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 119,2 pada Oktober 2018. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 122,4. 

Perlambatan penjualan ritel dan IKK seakan menjadi konfirmasi bahwa terjadi penurunan konsumsi. Padahal konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menyumbang lebih dari 50%. 

Apabila sinyal perlambatan konsumsi ini semakin nyata pada bulan-bulan berikutnya, maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2018 terancam kembali melambat. Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 sudah melambat dari kuartal sebelumnya, dari 5,27% menjadi 5,17%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi bukan berita baik bagi pasar keuangan Indonesia. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular