Penjualan Ritel RI Loyo di September, Gara-Gara Rupiah?

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 November 2018 19:17
Indeks Penjualan Riil tumbuh 4,8% YoY pada September 2018, melambat ketimbang bulan sebelumnya sebesar 6,1% YoY.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC IndonesiaPenjualan ritel Indonesia melambat di bulan September 2018. Perlambatan penjualan Peralatan Informasi dan Komunikasi dan Makana, Minuman, dan Tembakau menjadi pemberat penjualan ritel di September.

Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat tumbuh 4,8% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada September 2018, mengutip laporan Bank Indonesia (BI). Capaian itu melambat ketimbang bulan sebelumnya sebesar 6,1% YoY, namun masih mampu mengungguli capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 1,8% YoY.

Realisasi penjualan ritel September 2018 juga mampu mengungguli perkiraan BI sebelumnya. Dalam laporan bulan lalu, bank sentral RI memperkirakan penjualan ritel melambat dengan pertumbuhan sebesar 3,7% YoY.



Pada bulan Agustus 2018, penjualan ritel memang mampu tumbuh cukup tinggi seiring berlangsungnya pelaksanaan kegiatan besar pada bulan itu, antara lain Asian Games dan Hari Kemerdekaan Indonesia. Setelah momen itu terlewati, praktis tidak ada lagi yang mampu menopang penjualan ritel di September lalu.

Berdasarkan laporan BI, tercatat bahwa melambatnya kinerja penjualan ritel pada September 2018 bersumber antara lain dari kontraksi penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi sebesar 13,7% YoY, jatuh lebih dalam dari bulan sebelumnya yang tumbuh minus 13,2%.

Selain itu, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau juga hanya tumbuh sebesar 6,1% YoY pada September, setelah mampu meningkat sebesar 8,1% YoY pada bulan sebelumnya.

Satu kelompok lagi yang mengalami perlambatan adalah kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya yang tumbuh sebesar 8,1% YoY di bulan September, melambat dari kenaikan 11,8% YoY pada bulan sebelumnya.

Pelemahan rupiah nampaknya menjadi biang kerok dari melambatnya penurunan penjualan di ritel untuk sejumlah komoditas tersebut, utamanya bagi kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi yang memang mayoritas didatangkan secara impor.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terdepresiasi nyaris 10% di sepanjang tahun berjalan hingga akhir September 2108, dengan menutup bulan tersebut di level Rp 14.900/US$.



Beruntungnya, penjualan kelompok Sandang dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor masih tumbuh masing-masing sebesar 28,1% YoY dan 17,5% YoY di September. Lebih cepat dari bulan sebelumnya sebesar 20,4% YoY dan 12,2% YoY. Kenaikan kedua komoditas ini lantas masih menyokong pertumbuhan penjualan ritel di September.

Untuk penjualan ritel Oktober 2018, BI memperkirakan akan kembali terjadi perlambatan sebesar 3,9% YoY. Menurun dari bulan September 2018, tapi masih lebih baik dari capaian Oktober 2017 yang tumbuh sebesar 2,2% YoY. 

Pada Oktober 2018, BI memperkirakan penjualan kelompok komoditas sandang masih akan tumbuh 28,4% YoY, meningkat dibandingkan 28,1% YoY pada September 2018. Namun, penjualan kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diestimasikan sebesar 14% YoY, melambat dari 17,5% YoY di September 2018.

Seiring pelemahan rupiah yang masih berlanjut di bulan Oktober, perlambatan penjualan ritel  kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi diekspektasikan terkontraksi lebih besar, yakni sebesar minus 15,2% YoY di bulan lalu, lebih parah daripada minus 13,7% YoY di September.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/dru) Next Article Penjualan Eceran Tumbuh Melambat pada November 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular