
Newsletter
Simak Data Inflasi, Cermati Dampak Penurunan Rangking EoDB
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 November 2018 05:41

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah faktor. Pertama adalah euforia yang melanda Wall Street. Apabila gairah yang sama menular ke Asia, maka akan menjadi kabar baik bagi IHSG.
Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS. Investor perlu waspada karena dolar AS masih perkasa. Pada pukul 04:38 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Hari ini, doping buat dolar AS datang dari rilis data ketenagakerjaan. ADP melaporkan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 227.000 lapangan kerja sepanjang Oktober, tertinggi sejak Februari. Angka ini juga di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka 189.000.
Bukan hanya lapangan kerja yang bertambah, gaji dan upah pekerja di AS pun naik. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, gaji dan upah pada kuartal III-2018 naik 2,9% secara year-on-year (YoY). Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak 2008.
Pasar tenaga kerja AS terus membaik, dan memuluskan langkah Negeri Adidaya untuk mencapai full employment (semua orang yang mencari pekerjaan bisa mendapatkannya). Kala semakin banyak orang yang bekerja, apalagi gajinya naik, maka konsumsi pun terkerek.
Jika tidak dikendalikan, maka akan tercipta tekanan inflasi yang tinggi karena pertumbuhan permintaan begitu pesat dan tidak mampu diimbangi oleh pasokan. Kondisi ini disebut overheating.
Cara paling ampuh untuk menghindari overheating adalah mengerem permintaan dengan menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan ini akan membuat biaya dana menjadi mahal, sehingga dunia usaha dan masyarakat akan mengerem ekspansi.
Oleh karena itu, sepertinya The Federal Reserve/The Fed masih akan terus dalam siklus menaikkan suku bunga acuan. Kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada rapat Desember, dengan probabilitas sebesar 69,7% menurut CME Fedwatch.
Efek samping dari kenaikan suku bunga acuan adalah imbalan investasi di AS akan naik, terutama instrumen berpendapatan tetap. Oleh karena itu, arus modal akan mengalir deras ke AS dan membuat laju greenback sulit terbendung. Investor perlu mewaspadai risiko ini.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS. Investor perlu waspada karena dolar AS masih perkasa. Pada pukul 04:38 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Hari ini, doping buat dolar AS datang dari rilis data ketenagakerjaan. ADP melaporkan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 227.000 lapangan kerja sepanjang Oktober, tertinggi sejak Februari. Angka ini juga di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka 189.000.
Bukan hanya lapangan kerja yang bertambah, gaji dan upah pekerja di AS pun naik. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, gaji dan upah pada kuartal III-2018 naik 2,9% secara year-on-year (YoY). Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak 2008.
Pasar tenaga kerja AS terus membaik, dan memuluskan langkah Negeri Adidaya untuk mencapai full employment (semua orang yang mencari pekerjaan bisa mendapatkannya). Kala semakin banyak orang yang bekerja, apalagi gajinya naik, maka konsumsi pun terkerek.
Jika tidak dikendalikan, maka akan tercipta tekanan inflasi yang tinggi karena pertumbuhan permintaan begitu pesat dan tidak mampu diimbangi oleh pasokan. Kondisi ini disebut overheating.
Cara paling ampuh untuk menghindari overheating adalah mengerem permintaan dengan menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan ini akan membuat biaya dana menjadi mahal, sehingga dunia usaha dan masyarakat akan mengerem ekspansi.
Oleh karena itu, sepertinya The Federal Reserve/The Fed masih akan terus dalam siklus menaikkan suku bunga acuan. Kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada rapat Desember, dengan probabilitas sebesar 69,7% menurut CME Fedwatch.
Efek samping dari kenaikan suku bunga acuan adalah imbalan investasi di AS akan naik, terutama instrumen berpendapatan tetap. Oleh karena itu, arus modal akan mengalir deras ke AS dan membuat laju greenback sulit terbendung. Investor perlu mewaspadai risiko ini.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular