Newsletter

Khashoggi Tewas Dikeroyok, Trump Masih Penasaran

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2018 05:32
Notulensi Rapat The Fed Rusak 'Musim Panen' di Wall Street
Foto: Reuters
Dari Wall Street, tiga indeks utama bergerak variatif dalam kisaran terbatas pada pekan lalu. Secara mingguan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,4%, S&P 500 bertambah 0,02%, tetapi Nasdaq Composite terkoreksi 0,6%. 

Pekan lalu sebenarnya adalah 'masa panen' di bursa saham New York, seiring musim laporan keuangan (earnings season). Namun momentum itu buyar karena rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018. Rapat ini digelar pada 25-26 September dengan hasil kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 2-2,25% atau median 2,125%. 

Investor menantikan rilis ini karena ingin mendalami 'suasana kebatinan' dalam rapat tersebut. Pelaku pasar hendak mencari petunjuk bagaimana kebijakan moneter AS ke depan. 

"Dengan perkiraan ekonomi ke depan, peserta rapat mengantisipasi akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam target yang ditetapkan sehingga konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut notulensi itu. 

Saat ini suku bunga acuan AS berada di median 2,125%. The Fed menargetkan suku bunga akan naik menjadi median 3,1% pada akhir 2019 dan 3,4 pada akhir 2020. Dalam jangka panjang, suku bunga baru berangsur turun ke arah 3%.

"Pendekatan (kenaikan suku bunga acuan) secara bertahap akan menyeimbangkan risiko akibat pengetatan moneter yang terlalu cepat yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dan inflasi di bawah target Komite. Namun bila (kenaikan suku bunga acuan) dilakukan terlalu lambat, maka akan menyebabkan inflasi bergerak di atas target dan menyebabkan ketidakseimbangan di sistem keuangan," tulis notulensi rapat tersebut. 

Terkonfirmasi, The Fed tetap dan masih akan hawkish setidaknya sampai 2020. Tren kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam tidak bisa dihindari lagi, ucapkan selamat tinggal kepada era suku bunga rendah. 

Saham bukanlah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga tinggi, karena menggambarkan situasi yang konservatif dan penuh kehati-hatian. Saham adalah instrumen yang mengandalkan keberanian dan aksi ambil risiko. 

Selain itu, kenaikan suku bunga akan membuat biaya dan beban emiten yang tercatat di bursa saham meningkat. Lonjakan biaya dan beban tentu akan menggerus laba, sehingga membebani harga saham. 

Sementara pada perdagangan akhir pekan lalu, Wall Street juga ditutup bervariasi. DJIA menguat 0,26%, S&P 500 terkoreksi 0,04%, dan Nasdaq minus 0,12%. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular