NEWSLETTER

The Fed Lagi, The Fed Lagi...

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 October 2018 05:34
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Trump pernah menegaskan bahwa Arab Saudi akan menerima konsekuensi berat jika Khasoggi benar-benar dibunuh di kantor konsulat. Namun sampai saat ini Trump belum mau meninggalkan sahabat karibnya di Timur Tengah tersebut. 

"Saya tidak mau melakukan itu," kata Trump dalam wawancana dengan Fox kala menjawab pertanyaan apakah Washington akan 'bercerai' dengan Riyadh akibat kasus ini, seperti dikutip dari Reuters. 

Saat ini, Trump masih menunggu hasil investigasi resmi. Bahkan eks pembawa acara reality show The Apprentice itu sampai mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo ke Riyadh kemudian Istanbul untuk 'mengawal' kasus ini. 

Sebelumnya, kepolisian Turki mengklaim bahwa mereka memiliki bukti rekaman audio saat Khasoggi disiksa dan dibunuh di konsulat. Trump pun meminta bukti ini dipaparkan jika memang ada.  

"Saya meminta bukti-bukti. Saya belum yakin itu ada, tapi mungkin saja. Mungkin," katanya. 

Trump juga berharap kasus Khasoggi tidak melibatkan para petinggi Arab Saudi. Dari laporan Pompeo, sejauh ini Arab Saudi masih kooperatif dalam upaya penyelidikan. 

Jika kemudian laporan resmi hasil investasi mengonfirmasi laporan New York Times atau Yeni Safak, maka bisa saja Trump berubah pikiran. Trump kemungkinan akan murka, dan menjatuhkan sanksi kepada Arab Saudi. 

Apalagi kalau Trump sampai mengenakan sanksi seperti yang akan diterapkan kepada Iran pada 4 November mendatang, yaitu blokade ekspor minyak. Pasokan minyak dunia akan semakin seret dan mempengaruhi harga si emas hitam. 

Namun hari ini kekhawatiran terhadap potensi penurunan pasokan minyak dunia belum tergambar, bahkan yang ada justru kelebihan suplai. US Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak AS melonjak 6,5 juta barel pekan lalu. Akibatnya, pada pukul 04:57 WIB harga minyak jenis light sweet anjlok 1,88% sementara brent amblas 1,45%. 

Penurunan harga minyak bisa menjadi faktor pemberat IHSG, karena emiten migas dan pertambangan akan kurang mendapat apresiasi. Namun hal ini justru positif bagi rupiah, karena dapat mengurangi beban impor sehingga tidak banyak valas yang 'terbang' ke luar negeri. 

Akan tetapi, perkembangan harga minyak akan sangat ditentukan oleh kelanjutan relasi AS-Arab Saudi. Jika persahabatan yang sudah lama terjalin ini retak, maka harga minyak bersiap untuk terdongkrak. 

Sentimen keempat adalah perkembangan perang dagang AS vs China. Beijing sepertinya semakin mengakui bahwa mereka sudah merasakan dampak negatif dari friksi dagang ini. 

"Dengan perkembangan global yang semakin rumit dan volatil, tekanan untuk menarik ekonomi China ke bawah semakin besar. Namun kami terus berupaya untuk mengatasi risiko dan tantangan ini," kata Li Keqiang, Perdana Menteri China, dalam sebuah acara di Belanda, dikutip dari Reuters. 

Sepertinya angin memang lebih berpihak kepada AS dalam drama perang dagang ini. Meski defisit perdagangan AS dengan China membengkak hingga mencapai rekor tertinggi di US$ 38,57 miliar pada Agustus, tetapi ekonomi AS secara keseluruhan masih baik-baik saja. Justru China yang terlihat megap-megap. 


Namun bagi dunia, friksi dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar ini adalah kabar buruk. Rantai pasok (supply chain) akan terganggu sehingga mengerutkan pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, diharapkan AS dan China bisa segera berdialog untuk menyelesaikan masalah besar ini sehingga satu risiko yang menghantui perekonomian dunia bisa dihilangkan. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular