
Newsletter
Geser Dolar AS, Obligasi Jadi Primadona Baru
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Yazid Muamar, CNBC Indonesia
12 October 2018 05:40

Sentimen keempat adalah munculnya titik terang pertemuan AS-China yang diharapkan bisa mendinginkan bara perang dagang. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi gedung Putih, mengungkapkan pihaknya sedang mengatur pertemuan antara Trump dengan Presiden China Xi Jinping dalam KTT G-20 di Buenos Aires (Argentina) bulan depan.
"Ada perkembangan ke arah sana, tetapi belum konkret. Mereka (Trump dan Xi) punya banyak hal yang perlu dibicarakan, jadi kita lihat nanti," kata Kudlow, mengutip CNBC Internasional.
Kabar ini bisa sedikit menenangkan pasar. Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia melambat pada tahun ini dan 2019 akibat perang dagang AS vs China. Jika perang dagang berubah menjadi damai dagang, maka ada peluang pertumbuhan ekonomi dunia untuk kembali melesat.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah proyeksi neraca perdagangan periode September 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional pada awal pekan depan.
Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan September bisa berbalik surplus. Pada Agustus, neraca perdagangan mencatat defisit US$ 1,02 miliar.
"Berdasarkan hasil pengumpulan data terakhir, pada September diperkirakan defisitnya akan jauh berkurang bahkan terdapat kemungkinan surplus dalam jumlah kecil. Ini karena impor menurun signifikan," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.
Perkembangan ini memberi sedikit angin sejuk, meski sulit mengobati luka yang menganga di transaksi berjalan (neraca ekspor-impor barang dan jasa). Kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 masih akan defisit, yang menggambarkan minimnya devisa dari sektor perdagangan. Artinya rupiah kekurangan modal untuk menguat.
(aji/aji)
"Ada perkembangan ke arah sana, tetapi belum konkret. Mereka (Trump dan Xi) punya banyak hal yang perlu dibicarakan, jadi kita lihat nanti," kata Kudlow, mengutip CNBC Internasional.
Kabar ini bisa sedikit menenangkan pasar. Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia melambat pada tahun ini dan 2019 akibat perang dagang AS vs China. Jika perang dagang berubah menjadi damai dagang, maka ada peluang pertumbuhan ekonomi dunia untuk kembali melesat.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah proyeksi neraca perdagangan periode September 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional pada awal pekan depan.
Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan September bisa berbalik surplus. Pada Agustus, neraca perdagangan mencatat defisit US$ 1,02 miliar.
"Berdasarkan hasil pengumpulan data terakhir, pada September diperkirakan defisitnya akan jauh berkurang bahkan terdapat kemungkinan surplus dalam jumlah kecil. Ini karena impor menurun signifikan," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.
Perkembangan ini memberi sedikit angin sejuk, meski sulit mengobati luka yang menganga di transaksi berjalan (neraca ekspor-impor barang dan jasa). Kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 masih akan defisit, yang menggambarkan minimnya devisa dari sektor perdagangan. Artinya rupiah kekurangan modal untuk menguat.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular