Newsletter

Hati-hati, Dolar AS Disuntik Serum Super Soldier

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 September 2018 05:50
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Sentimen ketiga adalah perkembangan nilai tukar dolar AS, yang kemarin keperkasaannya terasa sampai ke Asia. Pada pukul 05:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara  relatif di hadapan enam mata uang utama) masih menguat 0,03%.

Resep kekuatan dolar AS ada pada kenaikan suku bunga acuan. Potensi kenaikan suku bunga acuan yang sangat besar pada rapat The Fed bulan ini sukses menyuntikkan serum super soldier ke tubuh greenback sehingga perkasa bagai Captain America.

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan berinvestasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap, akan ikut terkerek. Memegang dolar AS saja sudah menguntungkan, karena kenaikan suku bunga akan menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang ini akan terjaga. 

Oleh karena itu, kenaikan suku bunga akan membuat arus modal berdesakan ingin masuk ke AS. Ditopang membludaknya aliran dana, penguatan dolar AS memang sulit terhindarkan. 

Apabila arus modal terus masuk ke AS, maka mata uang Asia berpotensi untuk kembali tertekan seperti kemarin. Rupiah pun tidak terkecuali. 

Sentimen keempat adalah harga minyak yang melonjak signifikan. Pada pukul 05:1 WIB, harga minyak jenis brent melesat 3,29% sementara light sweet naik tetapi hanya 0,26%. 

Kenaikan harga si emas hitam masih disebabkan oleh persepsi berkurangnya pasokan di pasar global. Arab Saudi dan Rusia belum menyepakati kerangka kenaikan produksi untuk menambal kekurangan pasokan dari sejumlah negara seperti Iran dan Venezuela. Padahal, Presiden Trump sudah sering menegaskan bahwa harus ada langkah untuk menaikkan produksi agar harga minyak tidak terlalu mahal. 

Para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) dan Rusia bertemu di Aljazair. Dalam rapat tersebut, tidak ada kesepakatan formal untuk menambah suplai minyak. 

"Saya tidak bisa mempengaruhi harga," ujar Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dikutip dari Reuters.

Menurut al-Falih, Arab Saudi punya kapasitas untuk menambah produksi tetapi belum dibutuhkan saat ini bahkan sampai tahun depan. Pasalnya, kenaikan produksi di negara-negara non-OPEC dinilai sudah memadai untuk memasok kebutuhan dunia. 

"Pasar sudah terpasok dengan baik. Saya tidak melihat ada kilang yang membutuhkan tambahan minyak dan tidak bisa mendapatkannya. Oleh karena itu, potensi (kenaikan produksi pada 2019 ) sangat kecil kecuali ada perubahan besar di suplai dan permintaan," jelas al-Falih. 

Meski al-Falih optimistis, tidak demikian dengan investor. Pelaku pasar tetap membaca bahwa ada potensi kekurangan pasokan karena tidak ada kenaikan produksi. Berkurangnya pasokan tentu membuat harga minyak terkerek ke atas. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular