
Hati-hati, Dolar AS Disuntik Serum Super Soldier

Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) minus 0,68%, S&P 500 terkoreksi 0,35%, tetapi Nasdaq Composite mampu menguat 0,23%.
Sama seperti di Asia, sentimen perang dagang pun mendominasi bursa saham New York. Pekan lalu, Wall Street sempat cuek dengan isu perang dagang karena memperkirakan ada harapan Washington dan Beijing akan melakukan perundingan dagang. Namun karena rencana perundingan itu kandas, pelaku pasar terpaksa gigit jari.
"Kita sudah mengerahkan seluruh kekuatan pekan lalu. Sekarang ada sinyal peningkatan risiko, dan orang-orang khawatir," kata Chris Zacarelli, Chief Investment Officer di Independent Adivsor Alliance yang berbasis di North Carolina, dikutip dari Reuters.
Saham-saham emiten yang mengandalkan ekspor ke China mengalami tekanan jual. Boeing anjlok 1,14%, Caterpillar amblas 1,52%, dan 3M ambrol 1,3%.
Selain perang dagang, investor juga mulai mengalihkan fokus ke rapat The Federal Reserve/The Fed yang semakin dekat yaitu 26 September. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat tersebut mencapai 93,8%. Sementara probabilitas kenaikan 50 bps adalah 6,2%.
Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah, sehingga kabar kenaikan suku bunga pasti akan direspons negatif. Saat suku bunga cenderung tinggi, investor akan memilih instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.
Namun Nasdaq masih mampu membukukan penguatan karena performa saham-saham teknologi. Harga saham Apple melonjak 1,44%, Intel naik 0,54%, dan Microsoft bertambah 0,36%.
Kenaikan saham Apple (yang kemudian mendongkrak saham teknologi lainnya) juga ada kaitannya dengan perang dagang AS vs China. Meski mengenakan bea masuk baru bagi lebih dari 5.000 barang made in USA, China tidak memasukkan produk Apple di dalamnya. Artinya, Apple tetap bisa mengakses pasar China dengan lebih leluasa.
China adalah pasar yang sangat penting bagi Apple. Mengutip South China Morning Post, China menyumbang sepertiga dari jumlah pengguna iPhone di seluruh dunia yang totalnya mencapai 728 juta unit. Di China, iPhone memiliki pangsa pasar sekitar 11%.
