
Newsletter
AS-China Siap Damai Dagang, Tapi Donald Trump Masih Songong
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 September 2018 06:00

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang ciamik. Hijaunya Wall Street diharapkan menular hingga ke Asia, termasuk IHSG.
Kedua adalah prospek damai dagang AS-China, yang sejak kemarin membuat pasar saham Asia bergairah dan berhasil melesatkan Wall Street. Hari ini, hawa damai dagang itu kian nyata dengan konfirmasi dari Washington dan Beijing.
Namun, pelaku pasar juga perlu waspada karena Presiden AS Donald Trump punya gengsi selangit. Egonya bisa menghancurkan harapan hubungan AS-China yang sedang mengarah ke tahap harmonis.
"Kami tidak ada tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China, merekalah yang harus membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melaju, pasar mereka anjlok. Kami juga akan segera menerapkan bea masuk dan membuat produk di dalam negeri. Kalau kami bertemu, ya bertemu saja," cuit Trump di Twitter.
Bukan hanya Trump yang bisa menghancurkan suasana, Kudlow pun tidak bisa menjanjikan bahwa pertemuan AS-China nantinya bakal menelurkan hasil signifikan. Walau ada pertemuan di level kabinet antar dua negara, Kudlow tidak bisa memastikan akan ada gebrakan penting.
"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Sikap AS yang songong itu membuat China tidak ingin terlalu terbuai. Bahkan China juga lebih hati-hati dalam menyikapi rencana pertemuan ini, karena bisa saja tidak menghasilkan apapun.
"Sikap Washington masih keras, mereka tetap menjalan strategi bicara dan berkelahi. Dengan begitu, mereka bisa memuaskan warganya dan membuat China mengurungkan niat baiknya. China tidak perlu banyak berharap, mungkin ini bukan saatnya kedua negara mencapai kesepakatan," tulis tajuk Global Times, harian yang dikelola Partai Komunis China.
Oleh karena itu, pelaku pasar pun sebaiknya tidak terlampau larut dalam euforia. Masih ada berbagai risiko yang menyelimuti rencana pertemuan AS-China. Investor harus mencermati perkembangan dari risiko-risiko tersebut.
(aji/aji)
Kedua adalah prospek damai dagang AS-China, yang sejak kemarin membuat pasar saham Asia bergairah dan berhasil melesatkan Wall Street. Hari ini, hawa damai dagang itu kian nyata dengan konfirmasi dari Washington dan Beijing.
Namun, pelaku pasar juga perlu waspada karena Presiden AS Donald Trump punya gengsi selangit. Egonya bisa menghancurkan harapan hubungan AS-China yang sedang mengarah ke tahap harmonis.
"Kami tidak ada tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China, merekalah yang harus membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melaju, pasar mereka anjlok. Kami juga akan segera menerapkan bea masuk dan membuat produk di dalam negeri. Kalau kami bertemu, ya bertemu saja," cuit Trump di Twitter.
Bukan hanya Trump yang bisa menghancurkan suasana, Kudlow pun tidak bisa menjanjikan bahwa pertemuan AS-China nantinya bakal menelurkan hasil signifikan. Walau ada pertemuan di level kabinet antar dua negara, Kudlow tidak bisa memastikan akan ada gebrakan penting.
"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Sikap AS yang songong itu membuat China tidak ingin terlalu terbuai. Bahkan China juga lebih hati-hati dalam menyikapi rencana pertemuan ini, karena bisa saja tidak menghasilkan apapun.
"Sikap Washington masih keras, mereka tetap menjalan strategi bicara dan berkelahi. Dengan begitu, mereka bisa memuaskan warganya dan membuat China mengurungkan niat baiknya. China tidak perlu banyak berharap, mungkin ini bukan saatnya kedua negara mencapai kesepakatan," tulis tajuk Global Times, harian yang dikelola Partai Komunis China.
Oleh karena itu, pelaku pasar pun sebaiknya tidak terlampau larut dalam euforia. Masih ada berbagai risiko yang menyelimuti rencana pertemuan AS-China. Investor harus mencermati perkembangan dari risiko-risiko tersebut.
(aji/aji)
Pages
Most Popular