
Newsletter
Perang Dagang, Perang Sungguhan, dan Nasib IHSG
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 August 2018 05:44

Sentimen ketiga adalah perang dagang. Investor layak memonitor perkembangan isu ini karena bisa menentukan nasib perekonomian global.
Di tengah ancaman AS, China tidak menunjukkan sikap gentar. "Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.
"Kami berharap mereka yang terlibat dalam penyusunan kebijakan perdagangan di AS untuk tetap tenang. Dengarkanlah suara konsumen AS dan komunitas internasional," tutur Wang Yi, Anggota Dewan Negara China, masih mengutip Reuters.
Washington sendiri santai saja mendengarkan ancaman Beijing. Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, menilai dampak dari kenaikan bea masuk tidak sebesar yang dikhawatirkan.
Sebelumnya, General Electric memperkirakan tarif bea masuk baru untuk impor dari China bisa menaikkan biaya produksi hingga mencapai US$ 300-400 miliar. Namun Ross menilai dampaknya tidak sebesar itu.
"Coba lihat dari perspektif aritmatika. Ada US$ 200 miliar dan 25% dari itu adalah US$ 50 miliar. Itu pun kalau disahkan," ujar Ross dalam wawancara dengan Fox Business News.
Saling balas pantun AS dan China bisa mempengaruhi arah perkembangan isu perang dagang ke depan. Investor layak mencermati ini, karena sangat bisa menentukan mood pasar.
(aji/aji)
Di tengah ancaman AS, China tidak menunjukkan sikap gentar. "Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.
"Kami berharap mereka yang terlibat dalam penyusunan kebijakan perdagangan di AS untuk tetap tenang. Dengarkanlah suara konsumen AS dan komunitas internasional," tutur Wang Yi, Anggota Dewan Negara China, masih mengutip Reuters.
Washington sendiri santai saja mendengarkan ancaman Beijing. Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, menilai dampak dari kenaikan bea masuk tidak sebesar yang dikhawatirkan.
Sebelumnya, General Electric memperkirakan tarif bea masuk baru untuk impor dari China bisa menaikkan biaya produksi hingga mencapai US$ 300-400 miliar. Namun Ross menilai dampaknya tidak sebesar itu.
"Coba lihat dari perspektif aritmatika. Ada US$ 200 miliar dan 25% dari itu adalah US$ 50 miliar. Itu pun kalau disahkan," ujar Ross dalam wawancara dengan Fox Business News.
Saling balas pantun AS dan China bisa mempengaruhi arah perkembangan isu perang dagang ke depan. Investor layak mencermati ini, karena sangat bisa menentukan mood pasar.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular