Newsletter

Siap Berjalan di Karpet Hijau, IHSG?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 June 2018 05:44
Sepekan Lalu, Perang Dagang Masih Bayangi Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup bervariasi akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,49%, S&P 500 naik 0,19%, tetapi Nasdaq terkoreksi 0,28%. 

Namun secara mingguan, ketiga indeks ini berada di zona merah. DJIA anjlok 2%, S&P 500 turun 0,9%, dan Nasdaq berkurang 0,7%.  

Cerita di Wall Street sama dengan di Asia, yaitu perang dagang. Apalagi AS adalah 'pusat gempa' dari perang dagang ini. 

Sepanjang pekan lalu, saham-saham emiten yang diperkirakan terdampak perang dagang mendapat tekanan jual. Misalnya saham Boeing, yang sepanjang pekan lalu amblas 4,46%. China adalah pasar ekspor terbesar bagi Boeing, dan perang dagang tentu mengancam potensi tersebut.  

Selain Boeing, saham Caterpillar juga banyak dilepas investor sehingga harganya anjlok 5,88%. Seperti halnya Boeing, Caterpillar juga menjadikan China sebagai pasar ekspor utama. 

Secara umum, saham-saham sektor industri menjadi yang paling terpukul pekan lalu. Indeks saham industri turun cukup tajam yaitu 3,4%. Disusul oleh indeks saham material, yang turun 2,1%. 

Selain China, Presiden Trump juga kini lebih galak kepada Eropa. Setelah Uni Eropa akan menerapkan bea masuk kepada produk-produk AS, eks taipan properti itu pun siap melancarkan serangan balasan. 

"Jika bea masuk dan penghalang perdagangan di Uni Eropa tidak dicabut, maka kami akan mengenakan bea masuk 20% kepada mobil-mobil mereka. Bangun pabrik di sini!" tegas Trump melalui kicauan di Twitter. 

Kicauan Trump pada akhir pekan lalu tersebut membuat indeks saham otomotif di DJIA melemah sampai 1,4%. Tesla anjlok 4%, Harley-Davidson terkoreksi 2,5%, Ford turun 0,5%, dan GM melemah 0,4%. 

Selain perang dagang, sentimen lain yang mewarnai Wall Street adalah putusan Mahkamah Agung AS yang mewajibkan perusahaan e-commerce untuk memungut pajak penjualan. Dengan kebijakan ini, maka konsumen akan membayar lebih saat berbelanja online karena dipungut pajak.  

Selama ini, penjual online di AS tidak wajib memungut pajak kepada konsumen, karena tidak ada kehadiran fisik dalam transaksi. Faktor ini yang menjadi keunggulan besar toko online terhadap toko brick and mortar (fisik) karena harga di dunia maya lebih murah. 

Perkembangan ini membuat investor mencemaskan nasib perusahaan-perusahaan seperti Amazon atau eBay. Pasalnya, mereka bisa dikejar-kejar otoritas pajak jika sampai lalai memungut pajak.

Selama sepekan lalu, saham Amazon turun 0,48%. Sementara saham eBay melemah nyaris 2%. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular