Newsletter

Libur Panjang di Depan Mata, Profit Taking Mengemuka

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
08 June 2018 05:54
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, perkembangan di Wall Street akan memberi warna pada jalannya bursa Asia, tidak terkecuali Indonesia. Kemungkinan investor akan memperhatikan perkembangan friksi dagang AS vs dunia. 

Selain itu, investor juga mungkin akan melakukan konsolidasi dan mempersiapkan amunisi jelang pertemuan The Fed dan ECB. Potensi The Fed menaikkan suku bunga acuan semakin besar karena data-data ekonomi di AS terus positif. 

Terbaru, jumlah pengisi tunjangan tunakarya (jobless claim) pada pekan yang berakhir 2 Juni adalah 222.000 orang. Turun 1.000 orang dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih baik ketimbang ekspektasi pasar yaitu 225.000 orang. 

Membaiknya kondisi ekonomi AS akan menciptakan tekanan inflasi. Untuk mengerem ekspektasi inflasi, jalannya adalah menaikkan suku bunga. Kemungkinan kenaikan suku bunga ada pertemuan The Fed bulan ini mencapai 91,3%, berdasarkan CME Fedwatch.  

Oleh karena itu, ada pertanda dana-dana asing masih akan keluar dan menuju ke AS. Aliran dana ke AS terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 10 tahun, saat ini berada di 2,9278%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yaitu 2,919%. 

Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik, dan kenaikan harga berarti instrumen ini tengah diminati. Oleh karena itu, penurunan yield bisa menjadi indikasi bahwa investor tengah mengarah ke Negeri Adidaya.  

Ada kemungkinan investor asing masih akan cenderung keluar dari pasar keuangan Indonesia. Kemarin, investor asing membukukan jual bersih Rp 98,5 miliar di pasar saham. 

Namun ada beberapa sentimen positif bagi IHSG. Pertama adalah harga minyak, yang melonjak cukup drastis. Harga minyak light sweet naik di atas 1%, sementara brent melompat lebih dari 2%. 

Penyebabnya adalah pengiriman minyak Venezuela yang terhambat. Saat ini ada sekitar 80 kapal yang siap mengangkut lebih dari 24 juta barel minyak masih bersandar dan mengantre di pelabuhan. 

Situasi di Venezuela memang tidak kondusif. Pengiriman minyak terhambat karena aset-aset PDVSA (perusahaan minyak milik negara) disita akibat perselisihan dengan perusahaan minyak asing.  

Padahal Venezuela merupakan salah satu produsen minyak utama. Cadangan minyak di negara tersebut mencapai 302,25 miliar barel, tertinggi di dunia. 

Pasokan minyak Venezuela yang terhambat sampai saat ini tidak mendapat kompensasi dari negara lain. Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) sepertinya tidak jadi mengeksekusi kenaikan produksi pada pertemuan 22 Juni. 

Jabar al-Lualbi, Menteri Perminyakan Irak, mengungkapkan kenaikan produksi tidak menjadi opsi untuk saat ini. Sebab harga minyak masih baik dan pasar juga relatif stabil. 

Perkembangan ini memunculkan persepsi bahwa pasokan minyak dunia akan berkurang. Akibatnya, harga pun terkerek ke atas. 

Kenaikan harga minyak biasanya berdampak positif bagi IHSG. Emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi kala harga minyak naik, dan bisa berdampak kepada IHSG secara keseluruhan. 

Sentimen positif kedua datang dari dalam negeri yaitu rilis data penjualan ritel. Indeks Penjualan Riil (IPR) periode April 2018 yang tercatat sebesar 215,0 atau naik 4,1% secara year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang membukukan pertumbuhan 2,5% YoY. 

"Peningkatan penjualan eceran didorong oleh penjualan kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang tumbuh 11,5% YoY, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,9% YoY. Selain itu, juga ditopang oleh kelompok komoditas makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 7,7% YoY, meningkatkan dibandingkan Maret yang sebesar 6,8% YoY," sebut laporan BI. 

Sebagai informasi, penjualan ritel terus membaik seiring berjalannya 2018. Pada Januari, penjualan ritel sempat anjlok degan mencatatkan kontraksi atau minus 1,8% YoY. Kemudian pada Februari mulai pulih dengan pertumbuhan 1,5% YoY, dan Maret semakin mantap dengan pertumbuhan 2,5% YoY, dan April meningkat lagi ke 4,1% YoY. 

Kabar baik dari rilis data ini tentu akan membuat saham-saham sektor barang konsumsi semakin menarik. Apalagi sebelumnya juga ada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen yang tidak kalah positif.


Meski demikian, ada pula potensi IHSG terkoreksi karena jelang libur panjang. Hari ini merupakan hari perdagangan terakhir sebelum cuti bersama Hari Raya Idul Fitri. Pasar saham akan tutup selama kurang lebih 10 hari. 

Liburnya pasar saham mengakibatkan aset-aset milik investor akan cenderung idle sehingga akan merugikan. Perilaku investor yang dinamis tentu tidak bisa menyesuaikan keadaan ini.  

Mau tidak mau mereka memindahkan dana ke tempat lain. Artinya, IHSG bisa dilanda aksi ambil untung alias profit taking

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular