Newsletter

Mata dan Telinga Menyimak Suku Bunga

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
17 May 2018 06:00
Banjir Sentimen Negatif, Wall Street Masih Mampu Menguat
Foto: Reuters
Dari Wall Street, tiga indeks utama berhasil mencetak penguatan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,25%, S&P 500 menguat 0,41%, dan Nasdaq bertambah 0,63%. Wall Street mampu menguat di tengah rentetan sentimen negatif.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih terus menanjak, untuk tenor 10 tahun kini berada di 3,1038%. Tertinggi sejak Juli 2011 atau hampir 7 tahun. 

Kenaikan yield menandakan ada peningkatan ekspektasi inflasi, yang kemudian bisa berujung ke pengetatan moneter ekstra oleh The Federal Reserve/The Fed. Selain itu, kenaikan yield juga membuat obligasi bisa menarik minat investor sehingga menjadi pesaing bagi pasar saham. 

Perkembangan di Semenanjung Korea juga kurang enak didengar. Korea Utara membatalkan pertemuan dengan AS yang seharusnya terjadi kemarin, karena menilai latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Negeri Adidaya sebagai bentuk provokasi. Bahkan Pyongyang juga mengancam menarik diri dari pembicaraan dengan AS pada 12 Juni mendatang di Singapura.  

Presiden AS Donald Trump mengaku belum mendengar kabar apapun dari Korea Utara. Namun eks taipan properti ini akan terus memantau situasi. 

"Belum ada keputusan, kami belum menerima pemberitahuan apapun. Kami belum melihat atau mendengar apa-apa. Nanti kita lihat," ujar Trump, dikutip dari Reuters. 

Namun, Gedung Putih justru memberikan reaksi yang cukup keras. Jika Korea Utara sampai membatalkan pertemuan, maka AS pun akan melakukan tindakan tegas.

"Presiden sudah siap jika pertemuan itu dilakukan. Namun kalau batal, kami akan melakukan tekanan maksimal seperti yang sudah terjadi selama ini," tegas Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung  Putih, seperti dilansir Reuters.

Aura damai di Semenanjung Korea pun menjadi sedikit buyar. Kini ketegangan di kawasan tersebut bisa kembali muncul kapan saja, dan menjadi faktor risiko bagi pasar keuangan global. Tentu bukan kabar yang baik.

Kemudian, proses negosiasi perdagangan AS-China juga sepertinya harus melalui jalan terjal. China diketahui ingin agar sanksi AS terhadap ZTE (perusahaan telekomunikasi asal China) dicabut, permintaan yang memicu penolakan dari sejumlah anggota Kongres AS. ZTE tetap dianggap sebagai ancaman bagi keamanan bagi Negeri Paman Sam, sehingga tidak seharusnya sanksi dicabut.  

ZTE dijatuhi hukuman tidak boleh menjual produknya di AS selama 7 tahun, karena terbukti melakukan pengiriman ilegal ke iran dan Korea Utara. Namun China ingin sanksi ini dicabut terlebih dulu sebelum memulai pembicaraan substansial dengan AS soal perdagangan. 

Sebagai informasi, kedua negara ini terlibat perang dagang dengan menaikkan bea masuk. Situasi mulai mereda kala Presiden China Xi Jinping berkomitmen menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai perekonomian yang lebih terbuka, ramah terhadap investor asing, dan bersedia menurunkan surplus perdagangan mereka demi kebaikan dunia. 


Serangkaian pertemuan pun sudah dilakukan dalam upaya memperbaiki hubungan dagang Washington-Beijing. Namun prosesnya mungkin tidak akan terlalu mulus, akan penuh dengan pro dan kontra. 

Meski dihujani sentimen negatif, Wall Street masih mampu menguat karena kinerja korporasi yang solid. Saham-saham ritel dan teknologi mampu menyokong Wall Street menuju zona hijau.

Saham pusat perbelanjaan Macy's dan JC Penney naik masing-masing 10,8% dan 5,49% karena kinerja yang mentereng. Facebook dan Micron Technology juga mampu menguat dan menjadi penyumbang penguatan Wall Street. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular