
Newsletter
Hawa Kenaikan Suku Bunga Kian Terasa
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 May 2018 06:15

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) sepertinya memberi petunjuk yang semakin jelas ke arah kenaikan suku bunga acuan. Dalam pernyataan tertulis, Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan bahwa bank sentral tengah menyiapkan langkah strategis untuk menghadapi perkembangan nilai tukar.
"Bank Indonesia tengah mempersiapkan langkah kebijakan moneter yang tegas dan akan dilakukan secara konsisten. Termasuk melalui penyesuaian suku bunga kebijakan 7 days reverse repo rate dengan lebih memprioritaskan pada stabilisasi, untuk memastikan keyakinan pasar dan kestabilan makro ekonomi nasional tetap terjaga," sebut Agus.
BI akan mengumumkan suku bunga acuan pada 17 Mei mendatang. Hawa kenaikan suku bunga acuan pun semakin nyata dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) kali ini. Apalagi Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menegaskan BI sudah siap untuk menyesuaikan suku bunga, bila data-data mendukung.
"Kalau data-data menunjukan perlu untuk menaikan suku bunga, maka kita perlu lakukan adjustment. Suku bunga negara tetangga juga sudah naik. Malaysia naik, Korea Selatan juga naik," jelasnya beberapa waktu lalu.
Apabila sikap (stance) BI sudah mengarah ke pengetatan moneter, maka nilai rupiah akan semakin terbantu. Sebab, kenaikan suku bunga bisa membawa aliran modal asing untuk kembali masuk ke Indonesia dan bisa menjadi penopang apresiasi rupiah.
Bagi emiten perbankan, kenaikan suku bunga juga berdampak positif karena bisa membuat laba semakin bertambah. Namun bagi emiten sektor lain, seperti barang konsumsi, kenaikan suku bunga acuan bisa menjadi kabar buruk karena berpotensi menekan daya beli masyarakat yang sebetulnya belum pulih 100%.
Respons pasar terhadap perkembangan suku bunga acuan sepertinya akan menjadi penggerak yang signifikan dalam perdagangan hari ini. Apakah respons pasar akan positif atau justru sebaliknya, kita tunggu saja.
Selain itu, BI juga akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2018. Pasar akan mencermati komponen transaksi berjalan (current account), yang menjadi salah satu fundamental penyokong nilai tukar.
Kemungkinan besar transaksi berjalan masih akan mengalami defisit, karena tingginya aktivitas ekspor-impor. Neraca perdagangan mungkin saja surplus, tetapi akan sulit untuk mengimbangi defisit besar di neraca jasa akibat pembayaran biaya pengiriman (freight).
Transaksi berjalan yang masih defisit bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Jika rupiah sampai melemah lagi, maka bisa saja menyeret IHSG ke teritori negatif.
(aji/aji)
"Bank Indonesia tengah mempersiapkan langkah kebijakan moneter yang tegas dan akan dilakukan secara konsisten. Termasuk melalui penyesuaian suku bunga kebijakan 7 days reverse repo rate dengan lebih memprioritaskan pada stabilisasi, untuk memastikan keyakinan pasar dan kestabilan makro ekonomi nasional tetap terjaga," sebut Agus.
BI akan mengumumkan suku bunga acuan pada 17 Mei mendatang. Hawa kenaikan suku bunga acuan pun semakin nyata dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) kali ini. Apalagi Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menegaskan BI sudah siap untuk menyesuaikan suku bunga, bila data-data mendukung.
"Kalau data-data menunjukan perlu untuk menaikan suku bunga, maka kita perlu lakukan adjustment. Suku bunga negara tetangga juga sudah naik. Malaysia naik, Korea Selatan juga naik," jelasnya beberapa waktu lalu.
Apabila sikap (stance) BI sudah mengarah ke pengetatan moneter, maka nilai rupiah akan semakin terbantu. Sebab, kenaikan suku bunga bisa membawa aliran modal asing untuk kembali masuk ke Indonesia dan bisa menjadi penopang apresiasi rupiah.
Bagi emiten perbankan, kenaikan suku bunga juga berdampak positif karena bisa membuat laba semakin bertambah. Namun bagi emiten sektor lain, seperti barang konsumsi, kenaikan suku bunga acuan bisa menjadi kabar buruk karena berpotensi menekan daya beli masyarakat yang sebetulnya belum pulih 100%.
Respons pasar terhadap perkembangan suku bunga acuan sepertinya akan menjadi penggerak yang signifikan dalam perdagangan hari ini. Apakah respons pasar akan positif atau justru sebaliknya, kita tunggu saja.
Selain itu, BI juga akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2018. Pasar akan mencermati komponen transaksi berjalan (current account), yang menjadi salah satu fundamental penyokong nilai tukar.
Kemungkinan besar transaksi berjalan masih akan mengalami defisit, karena tingginya aktivitas ekspor-impor. Neraca perdagangan mungkin saja surplus, tetapi akan sulit untuk mengimbangi defisit besar di neraca jasa akibat pembayaran biaya pengiriman (freight).
Transaksi berjalan yang masih defisit bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Jika rupiah sampai melemah lagi, maka bisa saja menyeret IHSG ke teritori negatif.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular