Newsletter

Hawa Kenaikan Suku Bunga Kian Terasa

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 May 2018 06:15
Simak Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini (1)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Untuk perdagangan hari ini, penguatan Wall Street bisa menjadi modal bagi IHSG untuk melanjutkan reli. Biasanya pencapaian di Wall Street akan memberi warna kepada bursa Asia, termasuk Indonesia. 

Bursa Asia juga bisa memperoleh sentimen positif dari perkembangan perdamaian di Semenanjung Korea yang semakin nyata. Disepakati bahwa Presiden Trump akan melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang di Singapura. 

"Pertemuan yang telah ditunggu-tunggu antara Kim Jong Un dengan saya akan bertempat di Singapura pada 12 Juni. Kami berdua akan berupaya membuat pertemuan ini menjadi momen spesial bagi perdamaian dunia!" cuit Trump di akun Twitter-nya. 

AS akan meminta denuklirisasi penuh di Korea Utara, yang kemungkinan besar akan disetujui oleh Pyongyang. Ini akan menjadi babak baru, di mana akan tercipta perdamaian di Semenanjung Korea setelah ketegangan terjadi selama puluhan tahun.

Sejatinya Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah berdamai, hanya ada gencatan senjata. Namun dinamika yang terjadi saat ini menunjukkan aura perdamaian dua Korea sudah semakin terasa.

Hal ini bisa menjadi obat kuat bagi bursa saham Asia karena kini satu risiko besar yaitu ketegangan di Semenanjung Korea sudah terhapus. Semoga IHSG bisa ikut merasakan dampaknya. 

Harga minyak juga sepertinya masih suportif bagi IHSG. Harga si emas hitam masih bergerak naik meski tidak sebesar hari-hari sebelumnya.  

Kenaikan harga minyak masih disebabkan oleh perkembangan kesepakatan nuklir dengan Iran. Setelah AS menarik diri, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan bahwa Negeri Adidaya sudah tidak bisa diandalkan untuk membantu melindungi Eropa. Mundurnya AS dari kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015 tersebut ternyata berbuntut panjang. 

Iran sudah diambang pengenaan sanksi yang akan mempengaruhi produksi dan distribusi minyak asal Negeri Persia tersebut. Iran mengekspor minyak sebanyak 450.000 barel/hari ke Eropa dan 1,8 juta barel/hari ke Asia. Dengan sanksi ekonomi, dunia akan kehilangan potensi tersebut dan berujung pada kenaikan harga. 

"Eropa dan China tidak akan melawan AS, mereka cuma akan menggerutu dan menerimanya. Realistis saja, tidak ada yang lebih memilih Iran daripada AS," sebut riset lembaga konsultan energi, FGE. 

Bahkan perkembangan di Timur Tengah kini mulai mengarah ke konflik bersenjata. Setelah pengumuman Trump, Israel (yang merupakan sekutu utama AS) menyerang pasukan Iran yang membantu pemerintah Suriah memerangi pemberontak dan ISIS. Negeri Zionis berdalih bahwa serangan tersebut diluncurkan sebagai balasan serangan misil kubu Suriah ke Dataran Tinggi Golan.  

Jika skala perang semakin meluas, maka harga minyak akan semakin melambung. Pasalnya, produksi dan distribusi minyak dari Timur Tengah akan terganggu. 

Kenaikan harga minyak bisa menjadi menjadi pendorong penguatan IHSG. Ketika harga minyak naik, emiten migas dan pertambangan akan lebih mendapat apresiasi investor. 

Perkembangan nilai tukar dolar AS juga sepertinya bisa membuat investor menghembuskan nafas lega. Dolar AS yang akhir-akhir ini sangar kini berbalik melemah. Ini ditunjukkan dengan Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,34%. 

Penyebab pelemahan dolar AS adalah inflasi Negeri Paman Sam yang di bawah ekspektasi. Artinya, peluang untuk kenaikan suku bunga acuan yang agresif kembali mengecil. Dolar AS yang mengandalkan sentimen kenaikan suku bunga sebagai pendorong penguatan pun berbalik arah. 

Tidak hanya terhadap greenback, data inflasi juga membuat imbal hasil (yield) obligasi AS turun. Yield obligasi AS tenor 10 tahun yang kemarin sempat menyentuh 3% kini turun ke 2,964%. Ekspektasi inflasi yang mereda membawa yield turun, sehingga minat terhadap instrumen ini juga berkurang. 

Situasi ini memberi ruang bagi rupiah untuk menguat. Dolar AS bisa saja kembali ke bawah Rp 14.000. Apresiasi rupiah bisa berdampak positif bagi IHSG, karena membuat instrumen berbasis mata uang ini menjadi menguntungkan. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular