Newsletter

Setelah Perang Dagang, Lalu Perang Betulan

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 April 2018 06:05
Setelah Perang Dagang, Lalu Perang Betulan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG melemah 0,79% pada perdagangan kemarin.
  • Bursa utama Asia ditutup di teritori negatif.
  • Wall Street menguat cukup signifikan. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan kemarin. Potensi perang terbuka di Suriah yang melibatkan negara-negara besar menjadi sentimen pemberat bursa Asia.

IHSG terkoreksi 0,79% ke 6.310,8 poin pada perdagangan kemarin. Transaksi berlangsung sepi yakni senilai Rp 6,32 triliun dengan volume sebanyak 8,45 miliar saham.  

Frekuensi transaksi adalah 388.380 kali. Sebanyak 219 saham ditutup melemah, 143 saham menguat, sementara 213 lainnya stagnan. 

Sektor barang konsumsi menjadi pemberat laju bursa saham domestik. Sektor tersebut terkoreksi 0,88% dan berkontribusi 11,6 poin dari koreksi IHSG yang sebesar 50,1 poin. Sepanjang April, sektor barang konsumsi telah memberikan imbal hasil sebesar 3,16% sehingga mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung. 

Selain sektor barang konsumsi, sektor jasa keuangan (-0,51%) juga berkontribusi bagi pelemahan IHSG. Penurunan sektor ini dipicu oleh aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV. BBRI melemah 1,64%, BBCA terkoreksi 0,75%, dan BMRI turun 0,31%. 

Investor asing masih memilih bermain aman dan melakukan jual bersih sebesar Rp 752,13 miliar. BBRI (Rp 154,88 miliar), PTBA (Rp 117,34 miliar), TLKM (Rp 115,91 miliar), BBCA (Rp 85,34 miliar), dan INKP (Rp 72,88 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing. 

Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham utama regional yang juga mengakhiri hari di zona merah. Nikkei 225 turun 0,12%, SSEC melemah 0,87%, Hang Seng terkoreksi 0,21%, Kospi berkurang 0,06%, dan Straits Times minus 0,32%. 

Usai isu perang dagang mereda, kini justru isu perang sungguhan yang mencuat. Pada akhir pekan lalu, terjadi serangan gas beracun di Douma, sebuah kota di Suriah yang dikuasai oleh pemberontak. Setidaknya 60 orang dinyatakan tewas dan lebih dari 1.000 orang lainnya terluka.  

Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Pasalnya, serangan macam ini bukan yang kali pertama yang terjadi di bawah kepimpinannya. 

Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara sekutunya lantas mempertimbangkan opsi untuk menyerang Suriah sebagai aksi balasan. Namun, Rusia (sekutu al-Assad) mengancam menembak hancur semua rudal yang mengarah ke Suriah.  

Presiden AS Donald Trump pun seakan mengonfirmasi melalui akun Twitter bahwa serangan rudal memang akan terjadi. Ia bahkan menyarankan Rusia untuk bersiap-siap.


Kemudian, rilis risalah minutes of meeting oleh the Federal Reserve juga memberikan tekanan bagi bursa saham. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir. 

"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.  

Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
Sementara itu, Wall Street mampu mencetak penguatan signifikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,21%, S&P 500 menguat 0,83%, dan Nasdaq bertambah 1,11%. 

Suriah masih menjadi isu yang mendominasi lantai bursa New York, tetapi kali ini perkembangannya cukup melegakan. Trump menyatakan waktu serangan militer ke Suriah belum dapat dipastikan. Bahkan dia membuka kemungkinan untuk tidak melakukan operasi bersenjata.  

"Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Suriah akan dilakukan. Bisa saja dalam waktu sangat dekat atau tidak. Apapun itu, AS di bawah pemerintahan saya, telah melakukan pekerjaan hebat dalam membersihkan wilayah ISIS. Di mana ucapan 'terima kasih Amerika?'" ciut Trump di akun Twitter-nya. 

Trump mengadakan pertemuan dengan tim pertahanan dan keamanan kemarin. Menurut Gedung Putih, pertemuan tersebut belum menghasilkan keputusan mengenai Suriah. 

"Belum ada keputusan final. Kami akan melakukan penilaian dan berdiskusi dengan para sekutu," sebut pernyataan resmi Gedung Putih.  

Nantinya Trump akan membuat pernyataan bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Macron mengatakan sudah punya bukti keterlibatan al-Assad dalam serangan senjata kimia beberapa hari lalu. 

"Kami punya bukti bahwa senjata kimia telah digunakan, setidaknya dengan klorin, yang menewaskan lusinan jiwa. Senjata itu digunakan oleh rezim Bashar al-Assad," tegas Macron, seperti dikutip Reuters. 

Sementara May dikabarkan telah memerintahkan kapal selam untuk bergerak ke daerah pertahanan Suriah. Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi apabila konfrontasi senjata terjadi. 

May diberitakan tinggal memberi perintah kepada angkatan bersenjata Negeri Ratu Elizabeth untuk bisa terjun dalam pertempuran tanpa perlu persetujuan parlemen. Namun kubu Partai Buruh tetap bersikukuh bahwa perintah aksi militer harus berdasarkan restu parlemen. 

Perkembangan saat ini, di mana opsi operasi militer belum benar-benar jelas, membantu pelaku pasar untuk menarik nafas. Setidaknya investor bisa lega, karena sampai saat ini belum ada pernyataan perang yang keluar dari para pemimpin dunia. 

Oleh karena itu, investor di Wall Street bisa fokus menyambut musim laporan keuangan (earnings season) yang sudah dimulai. Blackrock, asset manager terbesar di dunia, mencatat kinerja yang cukup memuaskan hingga sahamnya naik 1,46%. 

Aset kelolaan Blackrock pada kuartal I-2018 tumbuh 16,6% year-on-year (YoY) menjadi US$ 6,32 triliun. Pendapatan pun meroket 28% menjadi US$ 1,09 miiar. 

Kini investor menantikan rilis laporan kinerja JPMorgan Chase. Konsensus pasar memperkirakan pendapatan JPMorgan naik 8,2% ke US$ 27,68 miliar. Untuk perdagangan hari ini, performa Wall Street diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi bursa saham Asia termasuk Indonesia. Biasanya bursa New York akan memberi warna bagi perjalanan bursa Benua Kuning. 

Menurunnya tensi soal Suriah juga bisa menjadi kabar baik bagi pelaku pasar. Kini investor bisa mengambil nafas sambil bersiap untuk mengantisipasi pernyataan bersama Trump, Macron, dan May. Diharapkan para pemimpin ini bisa menempuh opsi perdamaian tanpa perlu kontak senjata. 

Harga minyak juga sampai saat ini masih suportif terhadap IHSG, dengan menunjukkan kenaikan meski mulai terbatas. Meredanya sentimen negatif dari Suriah sempat membuat harga si emas hitam terkoreksi cukup dalam, tetapi bisa bangkit karena surplus pasokan minyak semakin tipis akibat tingginya permintaan dan pemotongan produksi. 

Dengan produksi di anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang terus dikurangi, maka dunia harus bergantung kepada cadangan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan. Cadangan minyak di negara-negara maju pada Februari 2018 turun 17,4 juta barel dari bulan sebelumnya menjadi 2,85 miliar barel. 

Perkembangan ini bisa menjaga harga minyak tetap tinggi. Bahkan harga minyak telah menyentuh rekor tertinggi sejak 2014. 

Namun, harga minyak masih rawan terkoreksi karena melimpahnya produksi di AS. US Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa cadangan minyak AS meningkat 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Produksi minyak mentah mingguan AS juga kembali mencetak rekor baru di 10,53 juta barel/hari pada pekan lalu. 

Kabar dari emiten juga bisa menjadi pendorong penguatan IHSG. Hari ini, beberapa emiten dijadwalkan menggelar RUPS Tahunan. Bila ada sentimen positif dari sana, misalnya kenaikan dividen, maka bisa menyumbang energi tambahan bagi IHSG. 

Namun, tetap akan ada risiko dalam perdagangan hari ini. Otoritas Moneter Singapura (MAS) dijadwalkan menggelar pertemuan pada hari ini, di mana pelaku pasar berekspektasi ada pengetatan moneter untuk kali pertama dalam enam tahun. 

Tidak seperti otoritas moneter lain yang punya suku bunga acuan, MAS menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan mereka. Pengetatan kebijakan moneter artinya MAS memperkenankan depresiasi dolar Singapura dalam rentang tertentu, sehingga mengurangi intervensi di pasar yang menyebabkan likuiditas mengetat. 

Dari 15 ekonom yang terlibat dalam pengumpulan konsensus Reuters, sembilan di antaranya memperkirakan MAS akan melakukan pengetatan kebijakan moneter. Bila ini terjadi, maka pelaku pasar bisa menilai Singapura semakin menarik dan terjadilah perpindahan arus modal ke Negeri Singa, termasuk yang berasal dari Indonesia. IHSG pun bisa terancam karena kehilangan 'bensin'. 

Investor juga perlu mencermati perkembangan nilai tukar dolar AS. Seiring berkurangnya sentimen negatif dari ketegangan di Suriah, dolar AS bergerak menguat karena investor mulai menarik dana dari aset-aset aman (safe haven). Ini bisa membuat greenback menguat terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah. 

Depresiasi rupiah bisa membuat berinvestasi di aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, akan sulit mengandalkan investor asing untuk ikut memperkuat IHSG. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis data neraca perdagangan China periode Maret (tentatif).
  • Rilis data pendahuluan Sentimen Konsumen AS versi University of Michigan periode April (21:00).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama: 

Indeks

Close

% Change

% YTD

IHSG

6,310.80

(0.79)

(0.71)

LQ45

1,033.96

(1.25)

(4.21)

DJIA

23,932.76

1.21

0.98

CSI300

3,898.68

(1.01)

(3.28)

Hang Seng

30,831.28

(0.21)

3.05

Nikkei 225

21,660.28

(0.12)

(4.85)

Strait Times

3,468.61

(0.32)

1.93


Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,7690.093.88
EUR/USD1.23(0.31)16.16
GBP/USD1.420.3913.81
USD/CHF0.960.51(4.33)
USD/CAD1.260.07(5.55)
USD/JPY107,290.48(1.64)
AUD/USD0.770.052.51

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)67.170.4826.34
Minyak Brent (USD/barel)72.120.1029.10
Emas (USD/troy ons)1,337.51(1.16)3.88
CPO (MYR/ton)2,392.00(0.29)(13.62)
Batu bara (USD/ton)92.720.0210.18
Tembaga (USD/pound)3.06(1.82)18.91
Nikel (USD/ton)13,651.500.0041.81
Timah (USD/ton)21,000.000.507.12
Karet (JPY/kg)178.001.77(33.71)
Kakao (USD/ton)2,538.00(0.35)35.28

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:  

Tenor Yield (%)
 5Y5.98
10Y6.58
15Y6.84
20Y7.24
30Y7.49
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:  

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Maret 2018 YoY)3.4%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Maret 2018)US$ 126 miliar
   
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular