Newsletter

Bisa Rebound, IHSG?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
04 April 2018 06:06
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Untuk perdagangan hari ini, kabar gembira dari Wall Street akan menjadi pendorong penguatan bursa Asia, termasuk Indonesia. Biasanya koreksi dan laju Wall Street akan mewarnai bursa saham Benua Kuning. 

Sentimen positif lainnya bisa datang dari laporan emiten. Hari ini masih ada emiten yang dijadwalkan menyampaikan pelaporan seperti INCO, SKYB, dan MNCN. Bila ada kabar baik, maka bisa menjadi tambahan tenaga buat IHSG. 

Harga minyak juga mendukung kenaikan IHSG. Harga si emas hitam naik setelah Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, menyatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non OPEC akan membentuk badan bersama untuk kerja sama setelah kesepakatan pemotongan produksi selesai pada akhir 2018. Kemungkinan upaya untuk mempertahankan harga minyak tetap tinggi akan lebih strategis, terkoordinasi, dan bersifat jangka panjang ketimbang melalui upaya ad hoc seperti pengurangan produksi yang ditempuh saat ini. 

"Kami sedang memikirkan format kerja sama yang lebih jangka panjang. Termasuk di dalamnya adalah pemantauan pasar, pertukaran informasi, dan aksi bersama jika diperlukan," ungkap Novak seperti dikutip Reuters. 

Kenaikan harga minyak akan berdampak positif bagi emiten migas dan pertambangan di bursa saham Indonesia. Laju sektor ini akan mendorong penguatan IHSG. 

Namun masih ada risiko yang menghantui IHSG. Dolar AS kembali menguat setelah isu perang dagang sedikit mereda. Dollar Index, yang mengukur kekuatan dolar AS dibandingkan enam mata uang utama, naik 0,14% pagi ini. 

Penguatan dolar AS bisa menyebabkan depresiasi rupiah lebih lanjut. Depresiasi rupiah membuat aset-aset berbasis mata uang ini kurang menarik, sehingga mendorong aksi jual lanjutan, terutama oleh investor asing. 

Selain itu, aturan penetapan harga batu bara domestik sudah menampakkan hasil. Meski biaya pengadaan listrik turun, tetapi aturan ini menekan kinerja perusahaan batu bara. 

Arutmin memperkirakan penurunan pendapatan sekitar Rp 920 miliar, sementara pendapatan Kaltim Prima Coal diproyeksikan tergerus sampai Rp 2,5 triliun. Perkembangan ini bisa menekan laju emiten pertambangan dan mempengaruhi IHSG secara keseluruhan.


IHSG juga masih rentan terkoreksi karena valuasinya relatif mahal. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG kini berada di 17,43 kali. Lebih tinggi dibandingkan bursa regional seperti Straits Times (11,44 kali), KLCI (16,7 kali), Nikkei 225 (15,36 kali), Hang Seng (12,37 kali), sampai Kospi (12,1 kali). (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular