Newsletter

Bisa Rebound, IHSG?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
04 April 2018 06:06
Wall Street Bangkit
Foto: REUTERS/Shannon Stapleton
Dari Wall Street, tiga indeks utama berhasil bangkit dari keterpurukan pada perdagangan hari sebelumnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 1,65%, S&P 500 naik 1,26%, dan Nasdaq bertambah 1,04%. 

Saham Amazon yang sebelumnya jadi salah satu biang kerok koreksi, kini justru jadi penopang penguatan Wall Street. Harga saham perusahaan besutan Jeff Bezos ini naik 1,5%. 

Meski terus mendapat kecaman dari Trump, Amazon diyakini tidak akan terpengaruh. Sebab, investor melihat bahwa kecaman Trump kemungkinan hanya gertak sambal tanpa kebijakan yang konkret. 

Biang kerok lainnya, Tesla, juga menjadi kontributor penting bagi laju Wall Street. Saham perusahaan asuhan Elon Musk ini naik sampai 5,9%, karena mereka menyatakan tidak perlu lagi mencari modal tahun ini. Tesla juga menargetkan produksi 2.000 unit mobil Model 3 pada pekan depan. 

Pencatatan saham perdana (IPO) Sportify juga membuat pelaku pasar antusias. Saat penutupan, harga saham perusahaan penyedia layanan musik digital ini naik 12,9% ke US$ 149,01. 

Sentimen positif lainnya adalah investor tengah menantikan musim laporan keuangan (earnings season) untuk kuartal-I 2018. Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, laba emiten di Wall Street diperkirakan tumbuh rata-rata 18,4%. Investor sudah gatal untuk melakukan aksi borong jika kinerja keuangan emiten betul-betul solid. 

Meski menguat cukup signifikan, tetapi perdagangan di Wall Street relatif kurang semarak. Volume transaksi tercatat melibatkan 7,14 miliar unit saham, di bawah rata-rata perdagangan 20 hari terakhir yang sebesar 7,31 miliar unit. 

Oleh karena itu, sebagian pelaku pasar memperkirakan penguatan Wall Street belum stabil. Masih banyak investor yang bersikap wait and see menunggu data-data penting di Negeri Paman Sam. 

Pertama adalah data penjualan mobil di AS yang akan dirilis Rabu waktu setempat. Data ini bisa menjadi salah satu indikator pemulihan konsumsi dan daya beli masyarakat. 

Kedua adalah data ekspor-impor AS periode Februari 2018 yang keluar pada Kamis waktu setempat. Dalam suasana perang dagang seperti sekarang, data perdagangan internasional menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana dampak dari kebijakan proteksionistik. Data ini juga bisa menjadi acuan pemerintah AS apakah memang perlu menerapkan kebijakan tersebut. 

Ketiga adalah data angka pengangguran AS periode Maret 2018 yang akan diumumkan Jumat waktu setempat Pada Februari, angka pengangguran tercatat 4,1% dan pada Maret konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ada penurunan menjadi 4%. 

Data ketenagakerjaan menjadi salah satu data kunci bagi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed dalam penentuan suku bunga acuan. Bila data ketenagakerjaan solid, maka kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif kembali terbuka. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular