Dari Wall Street, penguatan signifikan terjadi pada perdagangan akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industral Average (DJIA) naik 1,77%, S&P 500 menguat 1,74%, dan Nasdaq bertambah 1,79%.
Sedangkan selama sepekan kemarin, DJIA naik 3,25%. Kemudian S&P 500 menguat 3,5% dan Nasdaq bertambah 4,2%.
Investor bereaksi atas rilis data data ketenagakerjaan Negeri Adidaya yang tidak sebaik perkiraan. Pada pekan lalu, klaim tunjangan pengangguran (
jobless claim) di AS tercatat 231.000, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang sebesar 220.000. Klaim pekan lalu naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 210.000.
Data lain menyebutkan bahwa kenaikan upah per jam rata-rata hanya naik 0,1% pada Februari, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,3%. Kondisi ini menyebabkan pasar saham
bullish, karena sepertinya menjadi sulit bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Selain itu, seperti halnya di Asia, rencana pertemuan Trump dengan Kim pada Mei mendatang juga membawa angin segar bagi Wall Street. Bila denuklirisasi terwujud di Semenanjung Korea, maka satu risiko sudah terhapus. Sebelumnya, pasar memang memasukkan ketegangan geopolitik di wilayah tersebut sebagai salah satu risiko yang bisa mengancam pasar keuangan global.
Sentimen negatif dari potensi perang dagang akibat pengenaan bea masuk untuk baja dan aluminium di AS juga sudah mereda. Meski akhirnya Trump menandatangani aturan bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium, tetapi tetap membuka opsi pengecualian.
Gedung Putih menyebutkan kebijakan tersebut tidak akan berlaku bagi Meksiko dan Kanada dengan alasan 'kepentingan dan keamanan nasional'. Sementara negara-negara lain juga bisa mengajukan perlakuan serupa. Brasil, Jepang, Korea Selatan, dan Australia berminat untuk mengajukan permohonan untuk dikecualikan.
Harus diakui bahwa Trump mungkin seorang negosiator ulung. Orang terkaya ke-766 sedunia ini nampaknya menggunakan kebijakan bea masuk sebagai pintu masuk negosiasi berbagai perjanjian demi kepentingan Negeri Paman Sam.
Trump sudah mengatakan bahwa dengan kebijakan bea masuk baja dan aluminium, AS akan mendapatkan keuntungan yang lebih dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Hal ini pun terjadi untuk Australia.
Melalui kicauan atau
tweet di Twitter, Trump menyebutkan bahwa dirinya sudah berbicara dengan PM Australia, Malcolm Turnbull. Trump menyatakan kedua pihak akan segera membahas perkembangan perjanjian perdagangan dan pertahanan.
"Bekerja dengan cepat untuk perjanjian pertahanan sehingga kami tidak perlu mengenakan bea masuk baja dan aluminium kepada sekutu kami, bangsa yang hebat Australia!" tegas Trump.
Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen positif yang bisa membantu IHSG keluar dari tekanan. Pertama adalah penguatan signifikan di Wall Street akhir pekan lalu, yang bisa membawa suntikan tenaga bagi bursa Asia, termasuk Indonesia.
Kemudian harga minyak juga sudah kembali hijau (meski masih terbatas) setelah sebelumnya turun cukup dalam. Ini akan membantu kinerja emiten migas dan pertambangan.
Dolar AS juga bergerak melemah seiring kemungkinan The Fed yang tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, melemah sejak akhir pekan lalu merespons data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang belum kuat. Ini bisa menjadi momentum apresiasi rupiah dan berdampak positif bagi IHSG.
Sentimen perang dagang yang mereda juga membantu bursa saham Asia, termasuk Indonesia. Keberanian investor mengambil risiko akan kembali, sehingga ada harapan minat terhadap pasar saham Indonesia meningkat.
Kemudian sejumlah emiten besar seperti SMGR, TLKM, ANTM, TOWR, PTBA, dan LPKR juga akan melaporkan kinerjanya. Bila hasilnya positif, maka akan menjadi dorongan penguatan IHSG.
Selain itu, IHSG yang sudah terkoreksi cukup dalam selama pekan lalu membuat harga aset menjadi lebih murah. Investor bisa memanfaatkan ini untuk melakukan aksi borong sehingga IHSG pun terangkat.
Namun, ada pula risiko yang bisa membuat IHSG melanjutkan perjalanan di zona merah. Investor sepertinya masih berpersepsi negatif atas keputusan pemerintah menetapkan harga jual batu bara domestik, yang bisa menekan kinerja saham-saham pertambangan. Tidak hanya itu, kebijakan ini juga berdampak terhadap kesehatan fiskal.
Askolani, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, mengungkapkan pembatasan harga batu bara dalam negeri berpotensi mengurangi penerimaan negara dari pajak sebesar Rp 3-4 triliun. Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bisa tergerus Rp 1-2 triliun.
Postur anggaran negara tengah menjadi sorotan. Sejumlah lembaga pemeringkat (
rating) menyatakan salah satu risiko yang dihadapi Indonesia adalah penerimaan negara yang tidak mencapai target. Ini menyebabkan pendanaan untuk program prioritas seperti pembangunan infrastruktur atau jaminan sosial terkendala.
Mencari pembiayaan dari penerbitan surat utang pun bukan hal yang mudah, karena situasi pasar yang masih diliputi ketidakpastian. Saat ini, investor masih cenderung menghindari aset-aset yang dinilai berisiko (
risk-off).
Risiko berikutnya adalah rilis data penjualan eceran/ritel yang belum solid. Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei penjualan eceran, yang mengindikasikan koreksi pertumbuhan penjualan eceran pada Januari 2018. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang terkontraksi 1,8% secara tahunan (
year on year/yoy) setelah pada bulan sebelumnya naik 0,7% yoy.
Rilis data ini bisa menjadi sentimen negatif bagi saham-saham barang konsumsi, keuangan, sampai manufaktur. Sebab, sepertinya konsumsi masyarakat dan daya beli belum pulih sepenuhnya.
Risiko lain, meski pekan lalu melemah signifikan tetapi ternyata IHSG masih menyimpan “tabungan” penguatan. Sejak awal tahun, IHSG masih tumbuh 1,22% sehingga ada sisa keuntungan yang bisa dicairkan kapan saja. Berikut adalah agenda yang terjadwal untuk hari ini:
- Laporan keuangan SMGR.
- Laporan keuangan TLKM.
- Laporan keuangan ANTM.
- Laporan keuangan TOWR.
- Laporan keuangan PTBA.
- Laporan keuangan LPKR.
- Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja menggelar rapat koordinasi membahas insentif investasi (13.30 WIB). Dilanjutkan dengan rapat tentang pangan (16.30 WIB).
- Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengadakan rapat membahas transportasi online (13.00 WIB).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham dunia:
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Berikut perkembangan imbal hasil (
yield) Surat Berharga Negara:
Berikut sejumlah indikator perekonomian Indonesia: