
Jual Surat Utang Tak Lagi Gampang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 March 2018 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana melelang enam seri Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa pekan depan. Target penghimpunan dana dalam lelang ini setidaknya Rp 17 triliun. Mampukah target itu tercapai?
Mengutip siaran tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Kamis (8/3/2018), berikut rincian SUN yang akan dilelang:
Peserta lelang terdiri dari para dealer utama, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Bank Indonesia (BI). Dealer utama yang terdaftar adalah Citibank, Deutsche Bank, Bank HSBC Indonesia, BCA, Bank Danamon, Maybank Indonesia, Bank Mandiri, BNI, Bank Panin, Bank OCBC NISP, BRI, Bank Permata, Bank CIMB Niaga, Bank ANZ Indonesia, Standard Chartered Bank, Bahana Securities, Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.
Tantangan Menjual Obligasi
Melelang obligasi negara saat ini bukan perkara mudah. Sejak awal 2018, minat investor dalam setiap lelang obligasi menurun.
Pada 6 Maret lalu, pemerintah hanya mampu meraih pendanaan sebesar Rp 5,09 triliun dalam lelang sukuk negara. Jumlah ini di bawah target indikatif pemerintah sebesar Rp 8 triliun.
Saat ini tengah terjadi gejala awal kenaikan suku bunga global. Imbal hasil (yield) yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah di berbagai negara naik. Oleh karena itu, investor memiliki banyak pilihan untuk menempatkan dananya.
Meski banyak pilihan, tetapi minat investor untuk mengambil risiko (risk appetite) bisa dibilang sedang rendah. Pasalnya begitu banyak ketidakpastian ekonomi global. Mulai dari pengetatan moneter di negara-negara maju, potensi perang dagang, sampai ketegangan geopolitik di beberapa kawasan.
Banyaknya risiko dalam perekonomian global membuat investor pilih-pilih dalam menempatkan dana. Instrumen yang menjadi pilihan adalah yang dinilai paling aman.
Peringkat pertama tentu obligasi negara Amerika Serikat (AS). Pada Januari 2018, rata-rata transaksi harian di pasar obligasi negara AS mencapai US$ 507,6 miliar (Rp 6.979,5 triliun). Naik 5,07% dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah total (outstanding) obligasi negara AS yang dapat diperdagangkan juga meningkat. Per akhir Januari 2018, nilainya mencapai US$ 14,5 triliun (Rp 199.417 triliun). Naik 0,24% dibandingkan bulan sebelumnya.
Mengutip Reuters, berdasarkan perhitungan Starmine 1 Year Default Probability, kemungkinan pemerintah AS gagal bayar dalam setahun ke depan sangat kecil yaitu 0,23%. Instrumen ini memang bisa dikatakan salah satu yang paling aman di dunia.
Bagaimana dengan Indonesia? Kemungkinan gagal bayar dalam setahun ke depan tentunya lebih besar yaitu 1,1%. Dibandingkan negara-negara tetangga pun Indonesia masih lebih besar kemungkinannya untuk gagal bayar. Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Filipina, Vietnam, dan Myanmar.
Soal imbal hasil (yield), Indonesia memang masih memberi lebih. Untuk obligasi 10 tahun, Indonesia memberi 6%. Sementara Thailand dan Singapura memberi 2%, kemudian Malaysia sekitar 4%.
Namun, perlu diingat bahwa investor juga menjadi keamanan dan kepastian di tengah situasi yang serba tidak pasti. Oleh karena itu, investor akan lebih memilih instrumen yang stabil. Selain itu, yield obligasi Singapura, Malaysia, dan Thailand juga beranjak naik sehingga selisih (spread) dengan Indonesia cenderung menipis.
Oleh karena itu, menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam upaya menjual SUN. Kompetisi dengan negara-negara tetangga semakin ketat, dan investor pun semakin pemilih.
Apa yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjaga kestabilan makroekonomi dan kesehatan fiskal. Kepercayaan investor bisa diraih dengan cara ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji) Next Article Virus Corona Menggila, SUN Jadi Ladang Cuan
Mengutip siaran tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Kamis (8/3/2018), berikut rincian SUN yang akan dilelang:
- SPN03180614 (tenor tiga bulan).
- SPN12190314 (tenor satu tahun).
- FR0063 (tenor lima tahun).
- FR0064 (tenor 10 tahun).
- FR0075 (tenor 20 tahun).
- FR0076 (tenor 30 tahun).
Peserta lelang terdiri dari para dealer utama, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Bank Indonesia (BI). Dealer utama yang terdaftar adalah Citibank, Deutsche Bank, Bank HSBC Indonesia, BCA, Bank Danamon, Maybank Indonesia, Bank Mandiri, BNI, Bank Panin, Bank OCBC NISP, BRI, Bank Permata, Bank CIMB Niaga, Bank ANZ Indonesia, Standard Chartered Bank, Bahana Securities, Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.
Melelang obligasi negara saat ini bukan perkara mudah. Sejak awal 2018, minat investor dalam setiap lelang obligasi menurun.
![]() |
Pada 6 Maret lalu, pemerintah hanya mampu meraih pendanaan sebesar Rp 5,09 triliun dalam lelang sukuk negara. Jumlah ini di bawah target indikatif pemerintah sebesar Rp 8 triliun.
Saat ini tengah terjadi gejala awal kenaikan suku bunga global. Imbal hasil (yield) yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah di berbagai negara naik. Oleh karena itu, investor memiliki banyak pilihan untuk menempatkan dananya.
Meski banyak pilihan, tetapi minat investor untuk mengambil risiko (risk appetite) bisa dibilang sedang rendah. Pasalnya begitu banyak ketidakpastian ekonomi global. Mulai dari pengetatan moneter di negara-negara maju, potensi perang dagang, sampai ketegangan geopolitik di beberapa kawasan.
Banyaknya risiko dalam perekonomian global membuat investor pilih-pilih dalam menempatkan dana. Instrumen yang menjadi pilihan adalah yang dinilai paling aman.
Peringkat pertama tentu obligasi negara Amerika Serikat (AS). Pada Januari 2018, rata-rata transaksi harian di pasar obligasi negara AS mencapai US$ 507,6 miliar (Rp 6.979,5 triliun). Naik 5,07% dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah total (outstanding) obligasi negara AS yang dapat diperdagangkan juga meningkat. Per akhir Januari 2018, nilainya mencapai US$ 14,5 triliun (Rp 199.417 triliun). Naik 0,24% dibandingkan bulan sebelumnya.
![]() |
Bagaimana dengan Indonesia? Kemungkinan gagal bayar dalam setahun ke depan tentunya lebih besar yaitu 1,1%. Dibandingkan negara-negara tetangga pun Indonesia masih lebih besar kemungkinannya untuk gagal bayar. Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Filipina, Vietnam, dan Myanmar.
![]() |
![]() |
Oleh karena itu, menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam upaya menjual SUN. Kompetisi dengan negara-negara tetangga semakin ketat, dan investor pun semakin pemilih.
Apa yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjaga kestabilan makroekonomi dan kesehatan fiskal. Kepercayaan investor bisa diraih dengan cara ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji) Next Article Virus Corona Menggila, SUN Jadi Ladang Cuan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular