Dijamin UU, Apakah SBN Kebal dari Corona?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2020 14:27
Dijamin UU, Apakah SBN Kebal dari Corona?
Ilustrasi Data Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan koreksi di pasar lainnya, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ikut turun. Penurunan harga obligasi dicerminkan dengan kenaikan imbal hasil (yield).

Pada Senin (9/3/2020) pukul 13:42 WIB, yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,82%. Melonjak 16,6 basis poin (bps) dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Tidak hanya tenor 10 tahun, yield SBN tenor lainnya juga bergerak naik kecuali satu tahun dan 25 tahun. Berikut perkembangan yield SBN berbagai tenor pada pukul 13:45 WIB:




Pergerakan pasar SBN mengikuti dinamika pasar saham dan valas. Pada pukul 13:47 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 4,25% sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,91%.

Hari ini, pasar sepertinya dibuat panik oleh penyebaran virus corona yang semakin mencemaskan. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 12:43 WIB. Jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 110.041 dengan korban jiwa mencapai 3.825 orang.





Tidak bisa dihindari lagi, perekonomian global sudah pasti melambat. Sebab penyebaran virus corona yang begitu masif membuat pabrik-pabrik berhenti berproduksi, ekspor-impor lesu, pariwisata tidak bergairah, dan sebagainya.

Data terbaru dari China menunjukkan, ekspor selama Januari-Februari terkontraksi (tumbuh negatif) -17,2% year-on-year (YoY). Jauh lebih lambat ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu -14% YoY.

Ekspor China yang lesu berarti pasokan bahan baku/penolong, barang modal, sampai barang konsumsi di seluruh dunia berkurang. Padahal banyak negara yang tergantung pasokan barang dari China untuk menggerakkan industri dalam negeri.

DBS
 

"Saya yakin kita akan memasuki masa kekurangan barang. Dua pekan lalu saya sudah mengatakan ini akan terjadi," kata Nada Sanders, Profesor Manajemen Rantai Pasok di Northeastern University (Amerika Serikat/AS), seperti dikutip dari Reuters.

Jika virus corona tidak kunjung teratasi, maka pasokan barang dari China semakin seret. Industri global akan kekurangan bahan baku, produksi menurun, terjadi kelangkaan barang di pasar. Oleh karena itu, pandangan yang menyuarakan risiko resesi semakin kencang.

"Awalnya barang-barang di toko menghilang. Kemudian akan ada yang akan kehilangan pekerjaan," ujar Tara Sinclair, Dosen di Goerge Washington University, seperti diberitakan oleh Reuters.


Para ekonom punya sebuah kalimat untuk menggambarkan resesi. "Jika tetangga Anda kehilangan pekerjaan, itu namanya resesi. Namun jika Anda yang kehilangan pekerjaan, itu depresi".

Dalam situasi seperti ini, investor tentu berpikir berulang kali untuk masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya aset-aset di Tanah Air diterpa aksi jual, tidak terkecuali SBN yang sebenarnya aman karena dijamin oleh Undang-undang (UU).


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular