Newsletter

Trump, Sang Negosiator Ulung

Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2018 05:49
Trump, Bea Masuk, dan Kepentingan AS
Foto: Reuters
Dari Wall Street, penguatan signifikan terjadi pada perdagangan akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industral Average (DJIA) naik 1,77%, S&P 500 menguat 1,74%, dan Nasdaq  bertambah 1,79%.  

Sedangkan selama sepekan kemarin, DJIA naik 3,25%. Kemudian S&P 500 menguat 3,5% dan Nasdaq bertambah 4,2%. 

Investor bereaksi atas rilis data data ketenagakerjaan Negeri Adidaya yang tidak sebaik perkiraan. Pada pekan lalu, klaim tunjangan pengangguran (jobless claim) di AS tercatat 231.000, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang sebesar 220.000. Klaim pekan lalu naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 210.000. 

Data lain menyebutkan bahwa kenaikan upah per jam rata-rata hanya naik 0,1% pada Februari, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,3%. Kondisi ini menyebabkan pasar saham bullish, karena  sepertinya menjadi sulit bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. 

Selain itu, seperti halnya di Asia, rencana pertemuan Trump dengan Kim pada Mei mendatang juga membawa angin segar bagi Wall Street. Bila denuklirisasi terwujud di Semenanjung Korea, maka satu risiko sudah terhapus. Sebelumnya, pasar memang memasukkan ketegangan geopolitik di wilayah tersebut sebagai salah satu risiko yang bisa mengancam pasar keuangan global. 

Sentimen negatif dari potensi perang dagang akibat pengenaan bea masuk untuk baja dan aluminium di AS juga sudah mereda. Meski akhirnya Trump menandatangani aturan bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium, tetapi tetap membuka opsi pengecualian. 

Gedung Putih menyebutkan kebijakan tersebut tidak akan berlaku bagi Meksiko dan Kanada dengan alasan 'kepentingan dan keamanan nasional'. Sementara negara-negara lain juga bisa mengajukan perlakuan serupa. Brasil, Jepang, Korea Selatan, dan Australia berminat untuk mengajukan permohonan untuk dikecualikan. 

Harus diakui bahwa Trump mungkin seorang negosiator ulung. Orang terkaya ke-766 sedunia ini nampaknya menggunakan kebijakan bea masuk sebagai pintu masuk negosiasi berbagai perjanjian demi kepentingan Negeri Paman Sam. 

Trump sudah mengatakan bahwa dengan kebijakan bea masuk baja dan aluminium, AS akan mendapatkan keuntungan yang lebih dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Hal ini pun terjadi untuk Australia. 

Melalui kicauan atau tweet di Twitter, Trump menyebutkan bahwa dirinya sudah berbicara dengan PM Australia, Malcolm Turnbull. Trump menyatakan kedua pihak akan segera membahas perkembangan perjanjian perdagangan dan pertahanan. 

"Bekerja dengan cepat untuk perjanjian pertahanan sehingga kami tidak perlu mengenakan bea masuk baja dan aluminium kepada sekutu kami, bangsa yang hebat Australia!" tegas Trump.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular