Meski Terlalu Dini, Warning S&P Atas Neraca BUMN Relevan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
02 April 2018 11:45
Rasio Utang ke Aset/Ekuitas Terjaga
Foto: kementerian PUPR

Terakhir, ada baiknya kita melihat indikator leverage lainnya yakni utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/ DER) yang mencerminkan daya ungkit atau leverage sebuah perusahaan untuk menggali pendanaan guna mendongkrak kapasitasnya dalam beroleh laba.

Menurut data yang dikumpulkan CNBC Indonesia, rasio utang terhadap ekuitas 20 BUMN yang dianalisis S&P masih terhitung sangat sehat. Semuanya masih membukukan rasio di bawah 3 kali (300%) yang merupakan ambang batas kesehatan rasio likuiditas sebuah perusahaan.

Meski Terlalu Dini, Warning S&P Atas Neraca BUMN RelevanSumber: Laporan Keuangan


Bahkan, Garuda Indonesia—yang lagi-lagi mencatatkan rasio DER terburuk dibandingkan dengan 19 BUMN lainnya—ternyata hanya membukukan DER sebesar 183%. Sebaliknya, PTBA membukukan rasio DER terbaik yakni 7%.


Dengan kata lain, analisis S&P dalam hal ini tidak relevan. Hanya saja, pemerintah tetap perlu memperhatikan faktor DER ini, karena 15 dari kedua puluh BUMN tersebut menunjukkan tren kenaikan, meski dalam level yang bervariasi.

Jangan sampai kenaikan tersebut terakselerasi menuju batas yang membahayakan neraca keuangan perseroan.
Sementara itu, dari sisi rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio/ DAR), kedua puluh BUMN tersebut juga menunjukkan tren pemburukan, meski secara umum masih dalam batas yang wajar dan belum membahayakan keseimbangan neraca keuangan mereka.

Meski Terlalu Dini, Warning S&P Atas Neraca BUMN RelevanSumber: Laporan Keuangan


Sebagai contoh, Garuda yang membukukan angka DAR tertinggi pada tahun lalu membukukan arus kas bebas (free cash flow) minus US$138,6 juta. Meski angka ini memburuk dibandingkan dengan posisi pada 2016 yang membukukan arus kas bebas US$31,3 juta, angka tersebut masih lebih baik dari posisi 2013 yang berada di level minus US$425 juta.


Arus kas bebas merupakan sisa perhitungan arus kas perseroan setelah pembayaran semua kewajiban (beban gaji karyawan, cicilan utang, tagihan, pajak, dll) yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha. Sebaliknya, Bukit Asam yang membukukan DAR terendah membukukan kenaikan arus kas bebas secara konsisten, dari Rp 809,3 miliar menjadi Rp 1.626,9 miliar pada 2016, dan Rp 1.729,3 miliar pada tahun lalu.

Namun harus diakui bahwa BUMN karya seperti Adhi Karya memang kehabisan arus kas bebas akibat proyek infrastruktur yang digencarkan tiga tahun terakhir. Ini terlihat dari arus kas bebasnya yang anjlok dari Rp 469,9 miliar pada 2013, menjadi minus Rp 3.393,4 miliar.

(ags)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular