Kala Harga Saham Ditentukan 11 Orang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 January 2018 10:15
Hidayat Setiaji
Hidayat Setiaji
Lulusan Kriminologi FISIP UI yang berangan-angan melanjutkan kuliah, meski belum terwujud. Menjadi jurnalis sejak 2007, dari media lokal sampai internasional. Menggeluti jurnalisme ekonomi secara terpaksa, tapi akhirnya malah menjadi profesi tetap hingga k.. Selengkapnya
Ketika sebuah perusahaan melantai di bursa saham, maka perusahaan tersebut harus menjaga fundamentalnya.
Foto: Muhammad Sabki

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Ketika sebuah perusahaan melantai di bursa saham, maka perusahaan tersebut harus menjaga fundamentalnya. Arus kas, neraca, semua harus terlihat kinclong agar tetap menarik di mata investor.

Tugas menjaga fundamental dilakukan oleh semua komponen dalam perusahaan, yang jumlah personelnya bisa ribuan orang. Namun bagi “perusahaan-perusahaan” ini, fundamental dijaga hanya oleh 11 orang.

“Perusahaan-perusahaan” tersebut adalah klub sepakbola Eropa yang telah menjadi entitas publik. Mereka melepas sebagian kepemilikannya kepada publik, dan menjadi emiten di bursa saham.

Tercatat ada sejumlah klub sepakbola yang menjadi emiten di pasar modal. Mereka adalah Arsenal dan Manchester United (Inggris), Glasgow Rangers dan Glasgow Celtic (Skotlandia), AS Roma, Juventus dan Lazio (Italia), serta Borussia Dortmund (Jerman).

Nilai saham mereka terkait erat dengan performa di lapangan hijau. Maklum, begitu sebuah klub berkinerja bagus, meraup kemenangan demi kemenangan, maka pundi-pundi keuangan pasti membesar.

Misalnya di Liga Primer Inggris. Pada musim 2015/2016, Chelsea yang menjadi juara liga mendapat imbalan 38 juta poundsterling atau sekitar Rp 697 miliar. Sementara Arsenal yang menempati peringkat ke-5 memperoleh 30,4 juta poundsterling (Rp 558 miliar) dan Manchester United yang menutup musim di rangking 6 diganjar 28,5 juta poundsterling (Rp 523 miliar). Ini belum termasuk uang dari hak siar, dan bila klub masuk ke kompetisi level Eropa maka uang yang masuk akan semakin bertambah.

Oleh karena itu, performa di lapangan menjadi sangat penting untuk menjaga keuangan klub. Bisa dibilang fundamental dan nilai saham klub tergantung pada 11 orang di lapangan.

Melihat faktor tersebut, maka pergerakan harga saham klub akan terpengaruh oleh performa di liga domestik atau kompetisi Eropa. Sebagai contoh, mari kita lihat pergerakan saham Borussia Dortmund dalam 2 tahun terakhir.

Kala Harga Saham Ditentukan 11 OrangReuters


Pada semester I-2016, saham Die Borussien stabil di kisaran 4 euro. Memasuki semester II-2016 saham Dortmund mulai merangkak naik.

Semester I biasanya merupakan paruh kedua di liga-liga domestik Eropa. Performa Dortmund di musim 2015/2016 cukup stabil di bawah pelatih Thomas Tuchel yang menggantikan Juergen Klopp.

Dortmund menyelesaikan musim di peringkat 2 dan masuk sampai ke babak perempat final Liga Europa. Memasuki musim 2016/2017, harapan investor membumbung tinggi karena performa Dortmund yang impresif pada musim sebelumnya.

Pada awal musim 2016/2017, saham Dortmund naik hingga ke kisaran 5 euro. Namun pada Oktober 2016, saham Dortmund terkoreksi.

Ini menyusul hasil yang kurang optimal di kompetisi domestik, di mana Dortmund kalah 2-0 dari Bayer Leverkusen. Setelah itu, Dortmund hanya meraih tiga hasil imbang berturut-turut kala menghadapi Hertha Berlin (1-1), FC Ingolstadt (3-3), dan Schalke 04 (0-0).

Setelah melambat pada Oktober, Dortmund kembali tancap gas dan mengakhiri musim di peringkat 3. Dortmund juga berhasil menjuarai Piala Jerman (DFB Pokal) sehingga investor tetap menaruh kepercayaan. Harga saham Dortmund pada akhir musim 2016/2017 mampu naik hingga menyentuh level 6 euro.

Dortmund kemudian memiliki pelatih baru yaitu Peter Bosz, setelah Tuchel undur diri. Kedatangan Bosz membawa optimisme bagi pemegang saham Dortmund menjelang musim 2017/2018, karena pelatih asal Belanda ini punya prestasi mentereng di Ajax Amsterdam dengan berhasil lolos sampai partai final di Liga Eropa.

Pada awal-awal periode kepelatihan Bosz, Dortmund sempat menujukkan kinerja positif dengan mejarai klasemen selama sembilan pekan. Saham Dortmund pun melesat hingga ke level 8 euro.

Namun optimisme itu tidak bertahan lama. Mulai pekan ke-10, Dortmund mulai mengendur dan peringkatnya terus menurun. Di Liga Champions, Dortmund juga tidak mampu berbuat banyak kala menjalani fase grup bersama Real Madrid, Totenham Hotspur, dan Apoel Nikosia.

Pemilik dan pemegang saham sepertinya sudah tidak bisa bersabar. Apalagi saham Dortmund yang sempat bertengger di level 8 euro melorot ke kisaran 5 euro. Bosz akhirnya dipecat pada Desember 2017.

Dia hanya memimpin selama 24 pertandingan dengan catatan 8 kali menang, 7 imbang, dan 9 kali kalah. Berikut perjalanan posisi Dortmund di klasemen Liga Jerman kala diasuh Bosz:

Kala Harga Saham Ditentukan 11 Orangbundesliga.com


Selepas memecat Bosz, Dortmund menunjuk Peter Stoger sebagai pengganti. Performa Dortmund mulai membaik dan hingga pekan ke-17 kembali masuk ke posisi 3 besar.

Nilai saham Dortmund pun berhenti anjlok dan kini stabil di kisaran 6 euro. Bila penampilan Dortmund terus membaik, bukan tidak mungkin harga sahamnya kembali melonjak.

Contoh kedua adalah Juventus, klub penguasa Liga Italia. Juventus sudah menjadi emiten di bursa Negeri Pizza sejak 2001.

Kala Harga Saham Ditentukan 11 OrangReuters


Harga saham La Vecchia Signora stabil di kisaran 0,2-0,3 euro selama rentang 2012-2016. Namun memasuki 2017, saham Juventus naik gila-gilaan. Ini tidak lepas dari performa Gianluigi Buffon cs di lapangan, terutama di panggung Liga Champions Eropa.

Saat menyingkirkan Barcelona di perempat final, harga saham Juventus naik sampai 8%. Kala Juventus lolos ke final setelah mengalahkan Monaco, harga saham mereka juga naik lagi 8%.

Namun di final, semuanya berubah. Juventus kalah dengan skor yang cukup mencolok, 1-4, dari Real Madrid. Harga saham pun anjlok.

Setelah Juventus dicukur Real Madrid, saham Si Nyonya Tua langsung terkena auto reject pada pembukaan perdagangan, karena melemah lebih dari 11%. Begitulah pasar, imbalan maupun hukuman datang langsung tanpa aba-aba.

Gambaran di atas merupakan contoh bagaimana 11 orang pemain sepakbola bisa menentukan fundamental dan pergerakan saham klub. Mereka adalah garda terdepan yang menjaga citra perusahaan.

Oleh karena itu, tidak heran jika 11 orang itu dibayar sangat mahal sebab mereka adalah kunci. Jika mereka jatuh, “perusahaan” ikut jatuh dan ketika mereka trengginas maka investor pun bahagia.
(aji/aji)

Tags

Related Opinion
Recommendation