MARKET DATA

Skenario Baru RI, Dominasi Pembangkit Batu Bara Perlahan Tergerus

Firda Dwi Muliawati,  CNBC Indonesia
09 December 2025 15:45
PLTU Paiton yang berada di Probolinggo, Jawa Timur. Pembangkit ini menjadi penopang kelistrikan Jawa, Madura dan Bali dengan memasok sekitar 17 persen pasokan listrik.(Dok. PLN)
Foto: PLTU Paiton yang berada di Probolinggo, Jawa Timur. Pembangkit ini menjadi penopang kelistrikan Jawa, Madura dan Bali dengan memasok sekitar 17 persen pasokan listrik.(Dok. PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan Indonesia tengah mendorong program transisi energi khususnya dari eneri fosil batu bara ke energi baru terbarukan (EBT). Dominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara diproyeksikan akan mulai mengalami penurunan secara perlahan.

Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak menjelaskan bahwa penurunan bauran PLTU batu bara menjadi bagian dari skenario hijau (green scenario) yang disusun dalam outlook energi Indonesia.

Meski kapasitas terpasang saat ini masih besar, pihaknya memastikan pangsa pasar batu bara dalam kelistrikan nasional akan tergerus cukup signifikan dibandingkan posisi sekarang.

"Saya kira ini hingga tahun 2035 itu kapasitas pembangkit batu bara masih akan mendominasi ya di pembangkit listrik namun pangsanya berkurang dari 53% di tahun 2024 menjadi 42% di tahun 2035," ujarnya dalam acara INDEF Outlook Energi Indonesia 2026, di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (9/12/2025).

Proyeksi penurunan PLTU batu bara hingga 42% tersebut merupakan skenario optimis yang diharapkan dapat tercapai melalui berbagai kebijakan dedieselisasi dan pensiun dini pembangkit.

Secara kapasitas, pembangkit batu bara dinilai masih akan tetap ada dan meningkat sedikit sebelum akhirnya melandai, karena fungsinya sebagai penopang beban dasar listrik.

"Ini tentunya skenario green, skenario optimis ya, skenario optimisnya demikian. Ini masih tetap dari 2025 sampai 2035 masih tetap meningkat ya batubara. Tetapi turun dibanding dengan tentunya di tahun 2030 skenario untuk skenario green maupun skenario business as usual," tambahnya.

Sebagai gantinya, pihaknya melihat adanya pertumbuhan pesat pada pembangkit EBT, khususnya tenaga surya dan air, yang akan mengisi celah penurunan porsi batu bara tersebut.

Pergeseran tersebut dinilai sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang menargetkan dekarbonisasi sektor kelistrikan secara bertahap menuju target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) RI pada tahun 2060 mendatang.

(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-Hati RI Defisit Gas, Ini Pemicunya


Most Popular