Kehancuran Argentina Alarm Bagi RI: Urus APBN Jangan Ugal-ugalan!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan ekonom memperingatkan pemerintah Indonesia untuk berhati-hati mengelola keuangan negara, supaya tidak jatuh ke jurang resesi sebagaimana Argentina saat ini.
Sebagaimana diketahui, Argentina resmi masuk ke jurang resesi. Mengutip Trading Economics, negara itu mencatat kontraksi atau ekonomi negatif 5,1% kuartal-I 2024 setelah kuartal sebelumnya minus 2,6%.
"Iya, bisa menjadi contoh. Maksudnya pengelolaan APBN itu harus bagus supaya jangan sampai akhirnya orang melihat APBN itu bisa jadi krisis gara-gara persepsi gitu loh," kata ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani saat ditemui di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Aviliani mengatakan, sebetulnya, beberapa pekan lalu sudah ada sinyal yang berpotensi membuat investor khawatir terhadap perekonomian Indonesia. Sinyal itu ialah terus melemahnya pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Apalagi terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu ialah masalah persepsi negatif pelaku pasar keuangan terhadap kemungkinan bengkaknya defisit fiskal pada 2025, tahun saat Prabowo Subianto mulai menjabat sebagai Presiden Indonesia.
"Sekarang rupiah sudah melemah nih. Biasanya rupiah melemah itu yang cenderung biasanya orang tuh, waduh ini jangan-jangan kita masuk jurang resesi. Jadi makanya satu adalah bagaimana mengelola rupiah itu sudah pasti, yang kedua terkait dengan APBN," tutur Aviliani.
Apa yang terjadi pada Argentina sebetulnya juga sempat dibahas oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat kerja dengan senator di Gedung DPD, Jakarta pada dua pekan lalu.
Pada abad ke 19, ia mengatakan, sebetulnya ekonomi Argentina sangat maju hingga menjadikannya negara kaya, namun karena APBN nya tidak dikelola dengan baik hingga menyebabkan defisitnya terus membengkak membuat negara itu kini malah terjebak ke dalam middle income trap.
"Mungkin bapak-bapak ibu sekalian bisa lihat seperti Argentina, itu dalam 100 tahun dia berapa kali mengalami krisis dan selalu sumbernya dari APBN yang tidak sustainable, sehingga Argentina kalau abad 19 awal termasuk negara kaya dan paling maju, sekarang mengalami setback. Ini yang akan terus kami berkomunikasi karena APBN ditetapkan dengan proses politik, kita juga harus melalui proses politik yang proper juga," tutur Sri Mulyani.
Mengutip data persentase General Government Gross Debt of GDP Argentina yang dicatat Dana Moneter Internasional atau IMF untuk 2024, angkanya memang telah mencapai 86,2%, jauh melampaui catatan untuk Indonesia yang sebesar 39,3%.
Gross debt atau utang bruto itu didefinisikan IMF sebagai seluruh kewajiban yang memerlukan pembayaran atau pembayaran bunga dan/atau pokok oleh debitur kepada kreditur pada suatu tanggal atau tanggal-tanggal yang akan datang. Hal ini mencakup kewajiban utang dalam bentuk Special Drawing Rights (SDR), mata uang dan deposito, surat utang, pinjaman, asuransi, pensiun dan skema jaminan standar, serta utang usaha lainnya.
IMF pun mencatat total kredit outstanding Argentina terhadapnya telah meningkat secara bulanan dari akhir Mei 2024 senilai SDR 30,98 miliar atau setara US$ 40,89 miliar menjadi SDR 31,58 miliar setara US$ 41,68 miliar. Outstanding kredit atau utang itu pun menjadi yang terbesar dalam data Total IMF Credit Outstanding Movement From June 01, 2024 to June 18, 2024.
(arm/mij)