Pantas Orang Doyan Simpan Dolar di Singapura, Bunganya 2 Kali Lipat RI

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
25 June 2024 14:30
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah merevisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) sejak Agustus 2023 atau sembilan bulan lebih. Namun, aturan tersebut belum mampu membawa balik dolar Amerika Serikat (AS) hasil ekspor.

Seperti diketahui, pemerintah merevisi kebijakan DHE SDA sejak Agustus 2023 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023. Dengan aturan ini, eksportir wajib menempatkan DHE minimal 3 bulan dengan nilai paling kecil 30% dari total nilai ekspor. Namun, tidak ada kewajiban konversi ke rupiah.

Bank Indonesia (BI) mencatat Term Deposit Valuta Asing DHE Sumber Daya Alam (SDA) telah mencapai US$12-12,5 miliar. Nilai tersebut merupakan angka yang dihitung oleh BI per Mei 2024. Realisasi ini jauh dari harapan awal pemerintah.
Realisasi ini jauh di bawah harapan pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menjelaskan potensi besar DHE SDA mencapai US$ 203 miliar. Nilai tersebut setara dengan 69,5% dari total ekspor Indonesia.

Sebagai perbandingan, nilai ekspor Indonesia sejak aturan DHE direvisi atau sejak Agustus 2023 hingga Mei 2024 mencapai US$ 215,3 miliar. Bila TD valas DHE yang masuk sekitar US$ 12,5 miliar maka nilai tersebut hanya 5,8% dari total ekspor.

Masih kecilnya DHE yang masuk menjadi salah satu faktor dari rentannya nilai tukar rupiah dari tekanan eksternal. 

Menurut data Refinitiv, nilai tukar rupiah pada Selasa (25/6/2024) pukul 12.30 WIB bertengger di Rp16.370/US$, posisi ini masih setara dengan level ketika pandemi menyerang RI atau Maret 2020 silam

Nilai tukar rupiah yang melemah signifikan dalam beberapa bulan terakhir, membuat  Bank Indonesia (BI) harus melakukan stabilisasi nilai tukar dengan membeli rupiah dan menjual dolar melalui cadangan devisa (cadev). Meskipun periode terbaru sudah ada peningkatan, tetapi sejak awal tahun cadev terus menyusut.

Penyusutan cadev paling terlihat sejak mencapai level tertinggi pada akhir 2023 lalu sebesar US$ 146 miliar, kemudian turun terus tiap bulan mencapai titik terendah di tahun ini pada April di US$ 134 miliar.

Bila DHE berjalam maksimal maka pasokan dolar AS akan lebih banyak di pasar. Pasokan tersebut akan memadai jika ada permintaan dari masyarakat yang meningkat. Sebaliknya, karena DHE tak banyak masuk maka pasokan dolar AS tidak banyak di pasar.

Jika permintaan dolar AS meningkat secara tiba-tiba dari masyarakat, pelaku usaha dan industri maka pasokan dolar AS yang tak banyak di pasar akan menipis dengan cepat sehingga dolar dengan mudah menguat tajam. BI pun harus melakukan stabilisasi untuk mencegah dolar AS naik dengan kencang dengan menggelontorkan cadev.

Sebagaimana diketahui, sekitar Agustus tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mewajibkan para eksportir menyimpan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) paling sedikit 30% dalam sistem keuangan Indonesia dengan jangka waktu minimal tiga bulan.

Ketentuan tersebut berlaku bagi hasil barang ekspor pada sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan.

Merujuk pada Pasal 6 ayat (1), DHE SDA diwajibkan dimasukkan ke dalam sistem keuangan Indonesia melalui rekening khusus DHE SDA pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan/atau bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

Penempatan DHE SDA dalam rekening khusus ini diwajibkan terhadap eksportir yang memiliki DHE SDA dengan nilai ekspor pada Pemberitahuan Pabean Ekspor (PPE) paling sedikit US$ 250.000 atau ekuivalennya.

Masih sedikitnya DHE yang masuk ke perbankan Indonesia salah satunya disinyalir karena eksportir lebih suka menaruh uang ekspor ke Singapura. Bunga deposito valas yang lebih tinggi di Singapura menjadi salah satu alasannya.
Penelusuran CNBC Indonesia menunjukkan adanya perbedaan yang cukup jauh antara bunga deposito valas di bank-bank Singapura dan Indonesia. Di bawah adalah perbedaan bunga deposito valas antara bank Indonesia dan bank di Singapura:

Sayangnya, meski suku bunga DHE ini menarik tetapi belum bisa memberikan hasil yang memuaskan, tercermin dari cadev menyusut, serta rupiah melemah. Penyusutan nilai tukar ini kemudian membuat investor asing kabur, lantaran untuk meminimalisir nilai kerugian dari kurs. Jadi tidak heran, jika eksportir masih banyak menaruh DHE di instrumen dari negara lain yang memiliki ketahanan nilai tukar lebih kuat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation