Jangan Kaget! Begini Ramalan Bos Sawit Soal Produksi & Ekspor CPO 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan bahwa selama tahun 2023, nilai devisa dari ekspor produk sawit relatif stabil berkisar antara US$ 2 miliar sampai US$ 2,9 miliar per bulan. Pendapatan devisa sawit Inilah yang menjadikan neraca perdagangan RI tetap positif selama tahun 2023.
"Produksi dan produktivitas relatif stagnan dan cenderung turun konsumsi dalam negeri terus meningkat seperti pangan, biodiesel, oleochemical, sedangkan volume ekspor cenderung menurun, realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sangat rendah," ungkap Ketum Gapki Eddy Martono dalam Ulang Tahun dan konferensi pers Gapki ke-43, Selasa (27/2/2024).
Lebih rinci, Eddy menjelaskan produksi kelapa sawit bulanan selama tahun 2023 relatif stabil, berkisar antara 4,2 juta ton sampai 5,0 juta ton. Sedangkan ekspor bulanan berkisar antara 2,1 juta ton sampai 3,6 juta ton.
Menurutnya ekspor kelapa sawit dan CPO serta turunannya sangat tergantung pada isu dan kondisi di negara importir seperti stok, harga minyak sawit dan minyak nabati lainnya, situasi ekonomi negara.
"Adapun produksi 2024 diperkirakan stagnan dan volume ekspor diperkirakan akan mengalami penurunan, terutama karena meningkatnya kebutuhan untuk dalam negeri. Sedangkan konsumsi dalam negeri diperkirakan akan mengalami kenaikan, terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia dan kebutuhan energi (biodiesel)," kata Eddy.
Kontribusi ekspor produk sawit terhadap ekspor sekitar 12% dan naik ketika Covid-19 dimana ekspor lainnya melemah. Artinya kontribusi ekspor produk sawit penting dalam menjaga neraca tetap positif
"Konsumsi terus bergerak naik tahun 2018 konsumsi Dalam Negeri sebesar 28,5% dari produksi, tahun 2023 mencapai 42,4% dan produksi," ucap Eddy.
(fys/wur)