UMP 2024 Disebut Naik, Pengusaha Ritel Semringah
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha ritel buka suara soal upah buruh tahun 2024. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan, kebijakan upah itu akan berdampak pada konsumsi dan penjualan ritel di dalam negeri.
Roy menambahkan, kenaikan upah buruh akan menjaga daya beli masyarakat sehingga tidak terjadi penurunan. Menurutnya, selagi masih ada kenaikan UMP (upah minimum provinsi), maka daya beli masyarakat bisa dijamin tak akan tergerus.
"Apapun yang namanya kenaikan itu pasti akan mengkontribusi kepada spending-nya (belanja nya), menjaga spending-nya. Jadi kalau nggak ada kenaikan itu baru bisa menggerus spending, karena biasanya kalah sama inflasi, tapi kalau ada potensi kenaikan yang sekarang sudah mulai disuarakan, maka kaitan dengan hal tersebut itu lebih kurang kami melihatnya akan sama pertumbuhannya dengan tahun 2023, asal kondusif," kata Roy, dikutip Kamis (16/11/2023).
"Kita tidak mengharapkan terjadinya keramaian atau hal-hal yang sudah kita alami di tahun-tahun 1978 atau tahun setelah itu yang membuat kita akhirnya tergerus dari segala sektor dan industri. Tetapi selagi itu kondusif, dan itu setiap kita perlu menjaga kondusif, maka tahun depan diharapkan pertumbuhan kita minimal sama (dengan 2023)," imbuh Roy.
"Nggak ada (penurunan), karena kan ada kenaikan nih. Rumus kenaikan yang sudah ditetapkan Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan).. walaupun kita pelaku usaha juga berharap semakin produktif (para pekerja nya) yang meningkat itu. Jangan sampai ada peningkatan tapi nggak produktif bagi pelaku usaha, karena kan itu ekstra lagi yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha," ucapnya.
Jadi, lanjut dia, selagi itu semua terjaga, maka daya beli nggak akan terjadi penurunan, kecuali Indonesia menjadi tidak kondusif.
Sebab, Roy menjelaskan, daya beli tidak bisa dilihat hanya dari satu poin, tetapi dilihat dari kondusifitas, kemudian inflasi, bagaimana relevansi untuk pemerintah menjaga inflasi.
"Kita tahu lah contohnya, akhir tahun ini biasanya gejolak. Minimal ada lima komoditas (yang bergejolak), seperti beras, gula, bawang putih, dan cabai. Itu sudah pasti bergerak di akhir tahun. Nah sejauh mana itu bisa dijaga? Karena itu akan berdampak ke kuartal berikutnya," tukasnya.
"Kondusifitas, inflasi yang terjaga, ketersediaan pangan, kestabilan harga. Itu harus sama-sama terpenuhi, nggak boleh hanya satu saja. Kalau (gejolak harga itu) naik di Desember kan pasti di Januari masih nular naiknya, seperti kejadian minyak goreng (migor) yang naik di 2021 bulan September-Desember, Januari jadi puncaknya. Terus kita diminta, ditugaskan pemerintah, dibujuk pemerintah untuk turunin harga migor, nanti dibalikin tuh rafaksi," tambah Roy.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebut kenaikan upah minimum tahun 2024 tidak dibatasi maksimal 10% seperti tahun 2023. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 51/2023. Dia memprediksi, upah minimum tahun depan bisa naik lebih dari 10%.
"Kalau dulu ada batasan kenaikan 10% maksimal, sekarang dilepas tergantung provinsinya, dan menghitung alpha-nya kesepakatan dewan pengupahan provinsi lalu dilaporkan ke Gubernur," kata Ida saat ditemui di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023).
(dce)