'Neraka Panas' Hantam RI, Beras 1,2 Juta Ton Lenyap

Damiana, CNBC Indonesia
Jumat, 18/08/2023 13:15 WIB
Foto: Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, fenomena El Nino bisa menyebabkan produksi beras Indonesia terkena dampak. Di mana, kata dia, imbasnya diprediksi bisa mencapai 300 ribu sampai 1,2 juta ton.

Untuk itu, Syahrul mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan program yang bisa jadi strategi mengatasi efek El Nino bagi produksi beras Indonesia.

"Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada tantangan besar dengan adanya iklim ekstrem El Nino. Kondisi iklim ekstrem tersebut diprediksi akan menyebabkan menurunnya produksi dan ketersediaan pangan secara global, termasuk di Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (18/8/2023).


"Untuk mengantisipasi dampak El Nino, Kementan melakukan Gerakan Nasional (GERNAS) Penanggulangan El Nino di 10 Provinsi seluas 500 ribu hektare(ha). GERNAS Penanggulangan El Nino ini diharapkan dapat mengkompensasi penurunan produksi padi sebesar 3 juta ton GKG (gabah kering giling) atau 1,5 juta ton setara beras," jelas Syahrul.

Dia mengatakan, pembangunan pertanian dalam 2,5 tahun terakhir ini menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang tidak biasa-biasa saja. Yaitu, ujarnya, pandemi Covid-19, dampak perubahan iklim ekstrem (El Nino), perang dagang Amerika-China, dan tensi geopolitik Rusia-Ukraina. 

"Tapi sektor pertanian terus membuktikan mampu menjadi bantalan perekonomian nasional. PDB Triwulan II 2020 tumbuh 16,24 persen, bahkan sejak tahun 2010 sektor pertanian konsisten menjadi kontributor utama kedua PDB nasional," cetusnya.

Dia pun optimistis, meski ada kekhawatiran efek El Nino bisa menurunkan produksi pangan karena kemarau yang lebih ekstrem dan berkurangnya curah hujan. 

"Kita masih tetap yakin (meski) El Nino datang. Sepanjang semua bupati dan gubernur sama-sama mempunyai niat mempersiapkan diri menghadapi El Nino ini bisa kita selesaikan," pungkas Syahrul.

Seperti diketahui, BMKG sebelumnya sudah memperingatkan fenomena El Nino akan menyebabkan musim kemarau tahun ini lebih ekstrem dibandingkan musim kemarau tahun 2020, 2021, dan 2022. 

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A Fachri Rajab mengatakan, musim kemarau di Indonesia akan lebih panjang dari biasanya. Sebagai dampak dari fenomena El Nino, di mana terjadinya anomali kenaikan suhu permukaan laut.

"Di Indonesia, El Nino memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat," kata Fachri dalam Forum Merdeka Barat 'Waspadai Dampak El Nino", Senin (31/7/2023).

Sementara itu, hasil monitoring BMKG hingga pertengahan bulan Juli 2023, tercatat 63% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Stok Beras 4 Juta Ton, Mentan Klaim RI Capai Kedaulatan Pangan